Subscribe to Wordpress Themes Demo

silahkan, like disini

   Vandy
mau sharing
Image by wandy utama
PEMETAAN GEOLOGI LINGKUNGAN DAERAH INDRAMAYU JAWA BARAT

Oleh : Hilman T. dan Ruswanto

A. Kondisi Umum
Daerah pemetaan meliputi wilayah Indramayu, Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak pada koordinat 108000’00” – 108030’00” Bujur Timur dan 6010’00” - 6030’00” Lintang Selatan, terdiri atas 4 (empat) lembar peta skala 1 : 50.000 seri AMS/Bakosurtanal, yaitu Jatibarang (4623-I), Losarang (4623-IV), Indramayu (4624 II), dan lembar Eretanwetan (4624-III). Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Indramyu didominasi oleh penggunaan lahan sawah, yaitu sebesar 1.322,75 km2 (63,28 %) dari luas wilayah, sedang hutan sekitar 204,9 km2 (9,8 %). Hutan terdapat di bagian selatan di sekitar Haurgeulis dan Cibendung dan di Utara pantai Sindang dan Losarang. Perkebunan tebu terdapat di daerah selatan Cikedung dengan luas 78,88 km2 sedangkan pertanian lahan kering/kebun campuran/kebun pekarang tersebar di seluruh kecamatan dengan luas 198,15 km2. Penggunaan lahan untuk kegiatan industri terkonsentrasi di Balongan dimana pada areal tersebut terdapat Kawasan Industri EXOR I, sedangkan sisanya seluas 104,85 km2 (5,02 %), sebagian besar pemukiman yang menempati di sepanjang koridor jalan (negara, propinsi dan kabupaten).
B. Geologi
Morfologi daerah Indramayu dapat dibagi menjadi 2 (dua) satuan yaitu satuan morfologi dataran dan satuan morfologi dataran bergelombang :
• Satuan morfologi dataran, merupakan dataran delta, rawa, pematang pantai, alluvial sungai, tanggul alam dan aluvial sungai lama. Dataran delta dan rawa terdapat di bagian Utara mencakup 15 % dari seluruh daerah pemetaan, ketinggian antara 0 – 2 meter dengan kemiringan 0 – 3 %, pematang pantai terdapat di bagian Utara dan Tengah dengan ketinggian antara 0 – 4 m, kemiringan 0 – 3 %, alluvial sungai terdapat di bagian Utara, Tengah dan Timur mencakup sekitar 50 % dengan ketinggian tempat antara 0 – 6 meter, dan kemiringan medan 0 – 5 %, tanggul alam dan aluvial sungai lama terdapat di sepanjang Sungai Cimanuk dengan ketinggian tempat 2 – 10 m.
• Satuan morfologi dataran bergelombang, menempati bagian Baratdaya mencakup luas sekitar 25 % dari seluruh daerah pemetaan. Satuan ini mempunyai kemiringan lereng 3 – 10 % dengan ketinggian 7 – 20 m di atas permukaan laut.
C. Stratigrafi
Geologi daerah Indramayu dan sekitarnya berdasarkan peta geologi lembar Indramayu, Jawa Barat skala 1 : 100.000 (Sudana, D. dan Achdan A., 1992), urutan stratigrafinya dari tua ke muda adalah sebagai berikut
• Batupasir tufaan dan konglomerat (Qav), terdiri atas konglomerat, batupasir konglomeratan, batupasir tufaan dan tuf. Konglomerat, berwarna abu-abu kekuningan, lepas, perlapisan kurang jelas, banyak dijumpai lapisan silang–siur, komponen sebagian besar bergaris tengah 5 cm, terdiri dari andesit dan batuapung makin ke selatan komponen semakin membesar dan menyudut; Batupasir dan tuf, umumnya berwarna kemerahan, pemilahan jelek, merupakan sisipan dalam konglomerat, komponen dalam batupasir terdiri dari pecahan batuan beku andesit, batuapung dan kuarsa, di beberapa tempat terdapat struktur sedimen silang-siur.
• Endapan delta (Qad), satuan ini terdiri atas lanau dan lempung, berwarna coklat kehitaman, mengandung sedikit moluska, ostrakoda, foraminifera plangton dan bentos. Tebal satuan ini lebih kurang 125 meter. Satuan ini merupakan daerah tempat budidaya/tambak bandeng, udang dan sebagian hutan bakau. Penyebarannya meliputi daerah muara sungai Cimanuk dan Sungai Cililin, umur satuan ini adalah Holosen.
• Endapan sungai (Qa), terdiri atas pasir, lanau dan lempung, berwarna coklat, daerah penyebarannya melampar terutama di sepanjang Sungai Cimanuk. Tebal satuan ini lebih kurang 50 meter, berumur Holosen.
• Endapan pantai (Qac), terdiri atas lanau, lempung dan pasir, banyak mengandung pecahan moluska, berwarna abu-abu kehitaman, tebal lebih kurang 130 meter. Satuan ini berbatasan dengan tanggul-tanggul pantai dengan penyebaran di pantai bagian tengah dan Timur, merupakan daerah pesawahan dan tambak garam, berumur Holosen.
• Endapan pematang pantai (Qbr), terdiri atas pasir kasar - halus dan lempung, banyak mengandung cangkang moluska, penyebaran satuan ini membentuk pematang-pematang yang tersebar di daerah pantai dengan bentuk yang sejajar satu sama lain, beberapa ada yang memancar dari satu titik (apek), tinggi pematang ada yang mencapai 5 meter dari muka laut. Ketebalan satuan ini berkisar 25 – 50 meter. Pematang pantai ini merupakan daerah pemukiman dan lokasi jalur jalan/jalan raya, berumur Holosen.
• Endapan dataran banjir (Qaf), terdiri atas lempung pasiran, lempung humusan, dan lempung lanauan, berwarna abu-abu kecoklatan sampai kehitaman, satuan ini menutup satuan yang lebih tua ditandai dengan adanya bidang erosi seperti yang nampak di tebingtebing Sungai Cibogor dan Sungai Kandanghaur bagian hulu. Tebal satuan ini lebih kurang 120 meter. Umur satuan ini adalah Holosen. Penyebaran satuan ini meluas sampai ke lembar Cirebon dan Arjawinangun.
D. Struktur Geologi
Struktur geologi di daerah pemetaan tidak dijumpai/tidak berkembang, hal ini mungkin disebabkan karena sifat dan kondisi dari satuan litologi yang menyusun daerah ini belum kompak sehingga proses orogenesa maupun epirogenesa serta tektonik kurang begitu berpengaruh.
E. Sifat Fisik dan Keteknikan Batuan
Sifat fisik batuan hasil pengamatan di lapangan dan hasil peneliti terdahulu menunjukkan
sebagai berikut :
• Batupasir tufaan dan konglomerat (Qav), berwarna coklat kemerahan – coklat kekuningan, agak kaku, teguh, kompresibilitas sedang, tebal antara 2,5 – 15 m, daya dukung untuk pondasi dangkal rata-rata 35,00 ton/m2, muka airtanah antara 2 – 5 m.
• Endapan delta Qad), satuan ini terdiri atas lanau dan lempung, berwarna coklat kehitaman, mengandung sedikit moluska, sangat lunak – lunak, plastisitas rendah, kompresibilitas tinggi, permeabilitas rendah, tebal antara 1,2 – 6,7 m, daya dukung pondasi dangkal berkisar antara 2,0 – 6,0 ton/m2.
• Endapan sungai (Qa), terdiri atas pasir, lanau dan lempung, banyak mengandung pecahan moluska, berwarna abu-abu kehitaman, lunak – teguh, permeabilitas sedang, tebal antara 9 – 8 m, daya dukung untuk pondasi dangkal berkisar antara 7,00 – 14,00 ton/m2, muka irtanah berkisar antara 1,0 – 5,0 m dengan rasa tawar.
• Endapan pantai (Qac), terdiri atas lempung lanau dan pasir, banyak mengandung pecahan moluska, berwarna coklat – coklat kehitaman, lunak – teguh, permeabilitas sedang – tinggi, kompresibilitas sedang, daya dukung unutk pondasi dangkal 7,00 – 14,00 ton/m2,
muka airtanah berkisar antara 1,00 – 5,00 m.
• Endapan pematang pantai (Qbr), terdiri atas pasir kasar - halus dan lempung, banya mengandung cangkang moluska, berwarna abu-abu kehitaman, lepas, agak padu, berbutir halus – sedang, tebal berkisar antara 1 – 6 m, permeabilitas sedang – tinggi, daya dukung untuk pondasi dangkal antara 2,00 – 6,00 ton/m2, muka airtanah berkisar antara 1,00 – 4,00 m dengan rasa air anta – asin.
• Endapan dataran banjir (Qaf), satuan ini terdiri atas lempung – lempung lanauan, berwarna abu-abu kecoklatan, lunak – agak teguh, plastis, kompresibilitas tinggi, bersifat mengembang, tebal berkisar antara 3,5 – 20 m, daya dukung untuk pondasi dangkal berkisar antara 7,00 – 18,00 ton/m2, muka airtanah antara 0,5 – 6 m dengan rasa tawar.
F. Sumberdaya Geologi
• Sumber air
Air permukaan, ialah semua air yang ditemukan dipermukaan tanah, seperti air sungai, air rawa, irigasi dan lain-lain. Air permukaan yang berupa air sungai terdapat dalam jumlah yang banyak terutama pada musim hujan. Dalam musim hujan air sungai umumnya berwarna keruh kecoklatan, sedangkan pada musim kemarau umumnya debit air berkurang terutama sungai-sungai kecil bahkan ada yang sampai kering. Sungai utama yang terdapat di daerah pemetaan adalah S. Cimanuk, yang telah banyak dimanfaatkan untuk pertanian, selain itu penduduk yang tinggal di sepanjang alur sungai memanfaatkan untuk keperluan sehari-hari.
Airtanah bebas, adalah air yang tersimpan dalam suatu lapisan pembawa air tanpa lapisan kedap air di lapisan atasnya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pengambilan air dilakukan dengan cara membuat sumur gali dan sumur pantek. Dengan lapisan pembawa air ialah pasir, pasir kerikilan, pasir lanauan dan pasir lempungan. Kedalaman muka airtanah yang diamati dari sumur-sumur gali penduduk sungai bervariasi, berkisar antara 0,5 – 4 m di bawah tanah setempat di daerah dataran, dan antara 4 - < 0 m di bawah permukaan tanah setempat di daerah pebukitan. Buaian muka airtanah antara musim hujan dan kemarau cukup besar, yaitu 1 – 3 m di dataran dan 3 – 6 m di daerah pebukitan. Mutu airtanah bebas di daerah dataran terutama daerah dataran pantai sangat bervariasi tergantung dari jaraknya dari garis pantai. Di daerah yang terletak antara 1 – 2 km dari garis pantai air umumnya terasa payau hingga asin sehingga penggunaannya terbatas. Airtanah bebas di daerah perbukitan mutu airtanah cukup baik untuk dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari hanya kendalamnya muka airtanah setempat cukup dalam.
• Bahan Galian
Bahan galian yang terdapat di daerah pemetaan dan telah dimanfaatkan, berupa pasir sungai, pasir pantai, lempung / tanah liat, dan sirtu.
Pasir sungai, merupakan endapan hasil sedimentasi masa kini (resen) karena itu endapan ini masih berada di lingkungan sungai, biasanya endapan pasir ini terakumulasi di sekitar kelokan sungai dan di sekitar muara sungai. Pasir sungai ini banyak diambil di sepanjang alur Sungai Cimanuk. Pasir umumnya berwarna abu-abu kecoklatan, berbutir halus – sedang bercampur dengan lanau dan lumpur. Pasir ini dapat digunakan sebagai bahan agregat beton, untuk urugan dan keperluan lainnya.
Pasir pantai, cukup melimpah di sepanjang muara Sungai Cimanuk, hanya pengambilan pasir di daerah pantai akan memacu percepatan abrasi.
Lempung/tanah liat, penyebaran ini cukup melimpah, sebagian besar terdapat di bagian tengah, dan timur daerah pemetaan. Lempung / tanah liat berasal dari pelapukan batuan sedimen yang mengandung endapan vulkanik, berwarna coklat kemerahan dan abu-abu kecoklatan, bersifat lunak – agak padat, plastis, sebaliknya bila kering keras akan tetapi rapuh. Lempung tersebut cukup baik untuk bahan pembuatan batubata dan genteng dan juga cukup baik untuk bahan urugan.
Endapan sirtu, dapat dijumpai di dalam sungai atau di bagian tepi sungai dengan cadangan yang cukup banyak.
G. Geologi LIngkungan
Daerah pemetaan dapat dipisahkan menjadi 6 satuan geologi lingkungan, pembagian satuan ini berdasarkan pada jenis batuan yang merupakan ciri penting dalam pemanfaatan lahan secara maksimal, selain itu dari sifat fisik batuan akan tercermin kondisi keairannya (Hidrogeologi), sumber bahan galian yang ada, dan daerah rawan bencana geologi.
Satuan Geologi Lingkungan 1 (GL 1), dibentuk oleh morfologi pedataran pantai dengan kemiringan lereng < 3 %, sebagian merupakan daerah pasang surut. Morfologi ini merupakan pertumbuhan dari delta Cimanuk, litologinya tersusun oleh endapan lumpur, lempung, pasir dan kerikil, berwarna abu-abu tua kehitaman, mudah urai, lunak, mudah larut dalam air, dalam keadaan kering pecah-pecah dan agak padat. Daya dukung untuk pondasi dangkal antara 2,00 – 6,00 ton/m2, pondasi sedang (3 – 5,) antara 4,00 – 7,00 ton/tiang dan pondasi dalam ( > 5 m) antara 7,00 – 11,00 ton/tiang, penggalian umumnya mudah dilakukan dengan peralatan sederhana. Sumberdaya air yang dijumpai berupa air permukaan (sungai dan rawa) dan sumur air dangkal, dengan muka airtanah 0,8 – 4,8 m, air berasa payau – asin. Aquifer produk tufa dengan penyebaran luas, keterusan sedang, debit dari sumur gali umumnya mencapai 5 ltr/dtk. Bahan galian yang ada berupa pasir pantai dan lempung setempatsetempat. Penggalian umumnya mudah dilakukan dengan peralatan sederhana. Bahaya geologi yang terdapat yaitu abrasi dan akresi. Abrasi yang terjadi di bagian pantai Indramayu terutama di daerah sekitar Eretan, Balongan dan Juntinyuat. Pendangkalan (Akresi) terjadi di sekitar muara delta Cimanuk baru. Amblesan terjadi di daerah batuan lunak seperti terlihat pada badan jalan yang bergelombang sering rusak. Pencemaran akan mudah terjadi pada sebaran pasir baik oleh buangan limbah cair maupun penyusupan airlaut.
Satuan Geologi Lingkungan 2 (GL 2), bentuk morfologi merupakan pedataran, alur sungai atau limpah banjir dengan kemiringan 3 -–5 % dengan ketinggian tempat antara 2 – 7 m di atas muka laut, litologi yang menyusun daerah dan sebagainya terdiri dari endapan aluvial, lempung pasiran bercampur kerikil, berwarna coklat – coklat kehitaman, lunak – teguh, plastisitas rendah, permeabilitas rendah komponen kerikil berupa andesit / batupasir /
batulempung, tebal antara 3 – 8 m. Daya dukung untuk pondasi dangkal antara 7,00 – 14,00 ton/m2, pondasi sedang 2,00 – 16,00 ton/tiang, pondasi dalam ( > 7 m) antara 26,00 – 48,00 ton/tiang, penggalian umumnya mudah dilakukan oleh alat-alat sederhana. Sumberdaya air yang ada berupa air sungai dan sumur gali dengan muka airtanah berkisar antara 0,8 – 4,8 m, air berasa tawar, semakin ke arah pantai berasa payau – asin. Aquifer produktif dengan penyebaran luas, keterusan sedang, debit sumur gali umumnya mencapai 5 ltr/dtk. Bahan galian yang ada berupa pasir sungai. Bahaya lingkungan yang terdapat berupa runtuhan tebing-tebing sungai, pencemaran berupa pencemaran terhadap air sungai. Penggunaan lahan terdiri dari tambak, sawah, rawa dan setempat permukiman.
Satuan Geologi Lingkungan 3 (GL 3), bentuk morfologi berupa dataran pematang pantai lama dengan kemiringan lereng antara 0 – 3 % dan ketinggian tempat antara 0 – 4 m di atas muka laut, litologi penyusun terdiri dari pasir dan pasir lempungan, berwarna abu-abu kehitaman, lepas – agak lepas, berbutir halus hingga sedang, mengandung banyak cangkang moluska (kerang), permeabilitas tinggi. Sumberdaya air yang ada berupa airtanah dangkal tawar di atas airtanah asin. Bahan galian yang terdapat berupa pasir dan kerikil. Bahaya lingkungan yang mungkin terjadi adalah pada sebaran pasir, mudah terjadi pencemaran baik berupa bahan cair maupun penyusupan airlaut. Penggunaan lahan umumnya untuk permukiman, sawah dan kebun.
Satuan Geologi Lingkungan 4 (GL 4), bentuk morfologi berupa daerah dataran pantai dengan kemiringan lereng antara 0 – 4 % dan ketinggian berkisar antara 1 – 7 m, litologi tersusun oleh lempung – lempung lanauan, abu-abu kecoklatan, lunak – agak teguh, Platisitas tinggi, kompresibilitas tinggi. Daya dukung untuk pondasi dangkal antara 8,00 – 10,00 ton/m2, pondasi sedang dengan kedalaman (3 – 5 m), antara 1,00 – 2,00 ton/tiang, pondasi dalam ( > 6 m) antara 10,00 – 20,00 ton/tiang, penggalian dapat dilakukan dengan peralatan sederhana dengan memperhatikan muka airtanah dangkal. Sumberdaya air yang ada terdiri dari air sungai dan sumur dangkal, daerah airtanah dengan aquifer berproduktif sedang, kedalaman muka airtanah umumnya dalam, debit air sumur gali ± 5 ltr/dtk. Bahan galian yang ada berupa pasir, lempung dan setempat-setempat tanah urug. Bahaya lingkungan berupa nendatan (amblesan). Penggunaan lahan saat ini ialah sawah, kebun, semak belukar, setempat permukiman.
Satuan Geologi Lingkungan 5 (GL 5), morfologi berupa daerah bergelombang dengan kemiringan lereng antara 3 – 5 % dan ketinggian antara 4 – 20 m di atas muka laut, litologi penyusunnya terdiri dari lempung pasiran, lempung kerikilan, berwarna coklat kemerahan – coklat kekuningan, agak kaku – teguh, plastisitas sedang – tinggi, kompresibilitas sedang, tebal antara 2,5 – 15 m. Daya dukung pondasi dangkal rata rata 35,00 ton/m2, pondasi sedang antara 5,00 – 8,00 ton/tiang, dan pondasi dalam ( > 5 m) antara 11,00 – 4,00 ton/tiang, penggalian dapat dilakukan dengan peralatan sederhana. Daerah ini merupakan daerah resapan dengan aquifer berproduktif sedang, kedalaman muk airtanah umumnya dalam, debit air sumur gali (dangkal) < dari 5 ltr/dtk. Bahan galian yang ada terdiri dari pasir dan lempung setempat tanah urug. Bahaya lingkungan yang ada berupa amblesan. Penggunaan lahan terdiri dari sawah, kebun, hutan dan semak belukar.
Satuan Geologi Lingkungan 6 (GL 6), morfologi berupa daerah bergelombang dengan kemiringan lereng antara 3 – 10 % dan ketinggian 7 – 20 m di atas muka laut, litologi penyusun terdiri dari lempung lanauan, mereh – merah kecoklatan, teguh, plastisitas sedang, kompresibilitas sedang, setempat mengandung kerikil dan bongkah batuan andesit, tebal antara 2,5 – 8 m. Daya dukung untuk pondasi dangkal rata-rata 30,00 ton/m2, pondasi sedang antara 16,00 – 31,00 ton/tiang, dan pondasi dalam daya dukungya antara 20,00 – 24,00 ton/tiang, penggalian dapat dilakukan dengan peralatan sederhana. Daerah ini merupakan daerah peresapan, aquifer dengan produktifitas rendah, kelulusan rendah – sedang, airtanah dalam dapat disadap dengan debit kecil, pada daerah lembah (zona pelapukan) airtanah dangkal dapat diperoleh. Bahan galian yang terdapat terdiri dari batubelah dan tanah urug. Bahaya geologi yang ada ialah kemungkinan adanya longsoran. Penggunaan lahan saat ini ialah hutan, kebun semak belukar, setempat permukiman.



1 comment:

SD NU KAPLONGAN said...

pak, untuk peta hidrogeologi ada juga ?
mohon dishare pak ke email nuryasinarifin92@gmail.com

Post a Comment

Daftar iklan