Subscribe to Wordpress Themes Demo

silahkan, like disini

   Vandy
mau sharing
Image by wandy utama
Metode Pemurnian Timah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam termasuk sumber daya mineral logam. Kesadaran akan banyaknya mineral logam ini mendorong bangsa Indonesia untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut secara efisien. Dalam pemanfaatanya, tentu saja menggunakan berbagai metode dan teknologi sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal dengan hasil yang optimal dengan keuntungan yang besar, biaya produksi yang seminim mungkin serta ramah lingkungan.
Pengolahan timah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat tidak lepas dari peran reaksi kimia fisika. Pencucian maupun pemisahan pada timah merupakan nagian dari proses yang melibatkan reaksi-reaksi kimia fisika.
Oleh karena itu, proses pemurnian timah untuk memperoleh hasil yang ekonomis perlu di kaji dan dipelajari dari segi kimia fisika.


1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari mata kuliah Kimia Fisika.
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu penulis dapat memahami proses-proses yang dilakukan untuk memperoleh timah yang ekonomis, mulai dari pencucian, pemisahan, pengolahan, sampai pada pencatakan.
1.3. Batasan Masalah
Penulisan makalah ini dibatasi pada pengertian timah sampai pada pemanfaatan timah.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Timah
Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Sn (bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan, dapat ditempa ("malleable"), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari mineral cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.
Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal (13 – 1600C), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk.
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium.
2.2. Sifat dan Bentuk Timah
2.2.1. Sifat Timah
o Timah termasuk golongan IV B dan mempunyai bilangan oksidasi +2 dan +4.
o Timah merupakan logam lunak, fleksibel, dan warnanya abu-abu metalik.
o Timah tidak mudah dioksidasi dan tahan terhadap korosi disebabkan terbentuknya lapisan oksida timah yang menghambat proses oksidasi lebih jauh. Timah tahan terhadap korosi air distilasi dan air laut, akan tetapi dapat diserang oleh asam kuat, basa, dan garam asam. Proses oksidasi dipercepat dengan meningkatnya kandungan oksigen dalam larutan.
o Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka akan terbentuk SnO2.
o Timah ada dalam dua alotrop yaitu timah alfa dan beta. Timah alfa biasa disebut timah abu-abu dan stabil dibawah suhu 13,2 C dengan struktur ikatan kovalen seperti diamond. Sedangkan timah beta berwarna putih dan bersifat logam, stabil pada suhu tinggi, dan bersifat sebagai konduktor.
o Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut organic seperti asam asetat asam oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut dalam basa kuat seperti NaOH dan KOH.
o Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2 dan +4. Timah(II) cenderung memiliki sifat logam dan mudah diperoleh dari pelarutan Sn dalam HCl pekat panas.
o Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn(IV) klorida.
o Hidrida timah yang stabil hanya SnH4.
2.2.2. Bentuk Timah
Unsur ini memiliki 2 bentuk alotropik pada tekanan normal. Jika dipanaskan timah abu-abu (timah alfa) dengan struktur kubus berubah pada 13.2°C menjadi timah putih (timah beta) yang memiliki struktur tetragonal. Ketika timah didinginkan pada suhu 13.2°C, ia pelan pelan berubah dari putih menjadi abu-abu. Perubahan ini disebabkan ketidakmurnian ( impurities ) seperti alumunium dan seng, dan dapat dicegah dengan menambahkan antimony atau bismut.
Jika dipanaskan dalam udara, timah membentuk Sn2, sedikit asam, dan membentuk stannate salts dengan oksida.
2.3. Keberadaan Timah di Alam
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah yang lain dan kurang mendapat perhatian daripada cassiterite adalah kompleks mineral sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral kompleks antara tembaga-besi-timah-belerang dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks dari timbale-timah-besi-antimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya ditemukan bergandengan dengan mineral logam yang lain seperti perak. Timah merupakan unsur ke-49 yang paling banyak terdapat di kerak bumi dimana timah memiliki kandungan 2 ppm jika dibandingkan dengan seng 75 ppm, tembaga 50 ppm, dan 14 ppm untuk timbal. Cassiterite banyak ditemukan dalam deposit alluvial/alluvium yaitu tanah atau sediment yang tidak berkonsolidasi membentuk bongkahan batu dimana dapat dapat mengendap di dasar laut, sungai, atau danau. Alluvium terdiri dari berbagai macam mineral seperti pasir, tanah liat, dan batu-batuan kecil. Hampir 80% produksi timah diperoleh dari alluvial/alluvium atau istilahnya deposit sekunder. Diperkirakan untuk mendapatkan 1 Kg Cassiterite maka sekitar 7 samapi 8 ton biji timah/alluvial harus ditambang disebabkan konsentrasi cassiterite sangat rendah.
Dibumi timah tersebar tidak merata akan tetapi terdapat dalam satu daerah geografi dimana sumber penting terdapat di Asia tenggara termasuk china, Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hasil yang tidak sebegitu banyak diperoleh dari Peru, Afrika Selatan, UK, dan Zimbabwe.
2.4. Senyawa Timah
• Timah, Senyawaan yang terpenting adalah SnF2 dan SnCl2, yang diperoleh dengan pemanasan Sn dengan hf dan hcl gas.
• Fluoridanya cukup larut dalam air dan digunakan dalam pasta gigi yang mengandung fluorida. Air menghidrolisis SnCl2 menjadi klorida yang bersifat basa, tetapi dari larutan asam encer SnCl2.2H2O dapat terkristalisasi. Kedua halidanya larut dalam larutan yang mengandung ion halida berlebihan, jadi:
1SnF2 + F- = SnF3- pK
1SnCl2 + Cl- = SnCl3- pK
• Dalam larutan akua fluorida, SnF3- adalah spesies yang utama, tetapi ion-ion SnF+ dan Sn2F5 dapat dideteksi.
• Halida larutan dalam pelarut donor seperti aseton, piridin, atau DMSO, menghasilkan adduct peramidal, SnCl2OC(CH3)2.
• Ion Sn2+ yang sangat peka terhadap udara, terjadi dalam larutan asam perklorat, yang dapat diperoleh dengan reaksi Cu(ClO4)2 + Sn Hg Cu + Sn2+ + 2 ClO4-.
2.5. Reaksi-reaksi Timah
Timah putih adalah timah yang mudah dibentuk. ada suhu 13,2°C, secara perlahan, timah putih berubah menjadi tepung yang bewarna abu-abu yang disebut timah abu-abu. Bila timah putih yang dipanaskan akan menjadi sangat rapuh yang disebut timah rapuh. Timah putih dipakai sebagai pelapis kaleng agar mengkilap dan tahan korosi. Timah juga dipakai sebagai logam campuran dalam perunggu (tembaga dan timah) dan sebagai logam solder (campuran timah dengan timbal). Timah lebih mudah teroksidasi dibandingkan besi, sehingga tidak dapat dipakai sebagai pelindung besi.
• Bilangan oksidasi timah dalam senyawa adalah +2 dan +4. Logam ini dapat teroksidasi oleh asam yang bukan pengoksidasi menjadi +2.
Sn + 2HCl SnCl2 + H¬2
• Akan tetapi dengan pengoksidasi kuat, logam timah teroksidasi, menjdi +4.
Sn + 4 HNO3 SnO2 + 4NO2 + 2 H2O.
• Reaksi timah dengan Cl2 menghasilkan SnCl2.
Sn + Cl2 SnCl2
• Logam Sn larut dalam basa membentuk ion stannit, Sn(OH)42-
Sn + 2OH + 2H2O Sn(OH)42- + H2(Senyawa timah, seperti SnF2 dipakai dalam bahan pasta gigi. Senyawa (C4H9)3SnO dipakai sebagai fungisida, yaitu zat pembasmi fungi (jamur).
2.6. Proses Pengolahan Timah
Timah diolah dari bijih timah yang didapatkan dari batuan atau mineral timah ( kasiterit SnO2 ). Proses produksi logam timah dari bijinya melibatkan serangkaian proses yang terbilang rumit yakni pengolahan mineral ( peningkatan kadar timah/proses fisik dan disebut juga upgrading ), persiapan material yang akan dilebur, proses peleburan, proses refining dan proses pencetakan logam timah. Pemakaian timah biasanya dalam bentuk paduan timah yang dikenal dengan nama timah putih yakni campuran 80% timah, 11 % antimony dan 9% tembaga serta terkadang ditambah timbal. Timah putih ini terutama dipakai untuk peralatan logam pelindung dan pipa dalam industri kimia, industri bahan makanan dan untuk menyimpan bahan makanan.
Proses pengolahan timah ini bertujuan sesuai dengan namanya yaitu meningkatkan kadar kandungan timah dimana Bijih timah diambil dari dalam laut atau lepas pantai dengan penambangan atau pengerukan setelah itu dilakukan pembilasan dengan air atau washing dan kemudian diisap dengan pompa. Bijih timah hasil dari pengerukan biasanya mengandung 20 – 30 % timah. Setelah dilakukan proses pengolahan mineral maka kadar kandungan timah menjadi lebih dari 70 %, sedangkan bijih timah hasil penambangan darat biasanya mengandung kadar timah yang sudah cukup tinggi >60%.
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
• Washing atau Pencucian
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore bin yang berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian 15 ton bijh per jam. Di dalam ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan air tekanan dan debit yang sesuai dengan umpan.
• Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan pemisahan berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh, setelah itu dilakukan pengujian untuk mengetahui kadar bijih setelah pencucian. Prosedur penelitian kadar tersebut adalah mengamatinya dengan mikroskop dan menghitung jumlah butir dimana butir timah dan pengotornya memiliki karakteristik yang berbeda sehinga dapat diketahui kadar atau jumlah kandungan timah pada bijih.


• Pemisahan berdasarkan berat jenis
Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz.bijih timah yang mempunyai berat jenis lebih berat akanj mengalir ke bawah yang berarti kadar timah yang diinginkan sudah tinggi sedangkan sisanya, yang berkadar rendah yang juga berarti mengandung pengotor atau gangue lainya seperti quarsa , zircon, rutile, siderit dan sebagainya akan ditampung dan dialirkan ke dalam trapezium Jig Yuba.
• Pengolahan tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai yang mungkin masih tersisa didalam tailing atau buangan. Prosesnya adalah dengan gaya sentrifugal. Namun saat ini proses tersebut sudah tidak lagi digunakan karena tidak efisien karena kapasitas dari alat pengolah ini adalah 60 kg/jam.
• Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan memanaskan pipa besi yang ada di tengah – tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api yang didapat dari pembakaran dengan menggunakan solar.
• Klasifikasi
Bijih – bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses – proses pemisahan/klasifikasi lanjutan yakni:
 klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan screening
 klasifikasi berdasarkan sifat konduktivitasnya dengan High Tension separator.
 klasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya dengan Magnetic separator.
 Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan menggunakan alat seperti shaking table , air table dan multi gravity separator(untuk pengolahan terak/tailing).
• Pemisahan Mineral Ikutan
Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang terbilang tinggi seperti zircon dan thorium( unsur radioaktif ) akan diambil dengan mengolah kembali bijih timah hasil proses awal pada Amang Plant. Mula – mula bijih diayak dengan vibrator listrik berkecepatan tinggi dan disaring/screening sehingga akan terpisah antara mineral halus berupa cassiterite dan mineral kasar yang merupakan ikutan. Mineral ikutan tersebut kemudian diolah pada air table sehingga menjadi konsentrat yang selanjutnya dilakukan proses smelting, sedangkan tailingnya dibuang ke tempat penampungan. Mineral – mineral tersebut lalu dipisahkan dengan high tension separator –pemisahan berdasarkan sifat konduktor – nonkonduktornya atau sifat konduktivitasnya. Mineral konduktor antara lain: Cassiterite dan Ilmenite. Mineral nonconductor antara lain: Thorium, Zircon dan Xenotime. Lalu masing – masing dipisahkan kembali berdasarkan kemagnetitanya dengan magnetic separation sehingga dihasilkan secara terpisah, thorium dan zircon.
• Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-smelting yaitu proses yang dilakukan sebelum dilakukannya proses peleburan, misalnya preparasi material,pengontrolan dan penimbangan sehingga untuk proses pengolahan timah akan efisien.
• Proses Peleburan ( Smelting )
Ada dua tahap dalam proses peleburan :
- Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.
- Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan hardhead dan slag II.
Proses peleburan berlangsung seharian –24 jam dalam tanur guna menghindari kerusakan pada tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam peleburan. Pada tiap tanur terdapat bagian – bagian yang berfungsi sebagai panel kontrol: single point temperature recorder, fuel oil controller, pressure recorder, O2 analyzer,multipoint temperature recorder dan combustion air controller. Udara panas yang dihembuskan ke dalam mfurnace atau tanur berasal dari udara luar / atmosfer yang dihisap oleh axial fan exhouster yang selanjutnya dilewatkan ke dalam regenerator yang mengubahnya menjadi panas.
Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan baku –bijih timah atau slagI dimasukkan kedalam tanur melalui hopper furnace. Dalam tanur terjadi proses reduksi dengan suhu 1100 – 15000C.unsure – unsure pengotor akan teroksidasi menjadi senyawa oksida seperti As2O3 yang larut dalam timah cair. Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi logam timah murni namun adapula yang ikut ke dalam slag dan juga dalam bentuk debu bersamaan dengan gas – gas lainnya. Setelah peleburan selesai maka hasilnya dimasukkan ke foreheart untuk melakukan proses tapping. Sn yang berhasil dipisahkan selanjutnya dimasukkan kedalam float untuk dilakukan pendinginan /penurunan temperatur hingga 4000C sebelum dipindahkan ke dalam ketel.sedangkan hardhead dimasukkan ke dalm flame oven untuk diambil Sn dan timah besinya.
• Proses Refining ( Pemurnian )
- Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur sehingga material yang akan direfining cair, ditambahkan mineral lain yang dapat mengikat pengotor atau impurities sehingga logam berharga dalam hal ini timah akan terbebas dari impurities atau hanya memiliki impurities yang amat sedikit, karena afinitas material yang ditambahkan terhadap pengotor lebih besar dibanding Sn. Contoh material lain yang ditambahkan untuk mengikat pengotor: serbuk gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium untuk untuk mengurangi kadar As sehingga terbentuk AsAl, dan penambahan sulfur untuk mengurangi kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk CuS dan NiS. Hasil proses refining ini menghasilkan logam timah dengan kadar hingga 99,92% (pada PT.Timah). Analisa kandungan impurities yang tersisa juga diperlukan guina melihat apakah kadar impurities sesuai keinginan, jika tidak dapat dilakukan proses refining ulang.
- Eutectic Refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan bantuan agar parameter proses tetap konstansehingga dapat diperoleh kualitas produk yang stabil. Proses pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar Lead atau Pb yang terdapat pada timah sebagai pengotor /impuritiesnya. Adapun prinsipnya adalah berhubungan dengan temperatur eutectic Pb- Sn, pada saat eutectic temperature lead pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan menurun bersamaan dengan kenaikan temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya. Prinsip utamnya adalah dengan mempertahankan temperatur yang mendekati titik solidifikasi timah.
- Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar yang lebih tinggi lagi dari pyrorefining yakni 99,99%( produk PT. Timah: Four Nine ). Proses ini melakukan prinsip elektrolisis atau dikenal elektrorefining.Proses elektrorefining menggunakan larutan elektrolit ytang menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang sangat tinggi dengan dua komponen utama yaitu dua buah elektroda –anoda dan katoda –yang tercelup ke dalam bak elektrolisis.Proses elektrorefining yang dilakukan PT.Timah menggunakan bangka four nine (timah berkadar 99,99% ) yang disebut pula starter sheetsebagai katodanya, berbentuk plat tipis sedangkan anodanya adalah ingot timah yang beratnya berkisar 130 kg dan larutan elektrolitnya H2SO4. proses pengendapan timah ke katoda terjadi karena adanya migrasi dari anoda menuju katoda yang disebabkan oleh adanya arus listrik yang mengalir dengan voltase tertentu dan tidak terlalu besar.
• Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan pencetakan secara manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton, pompa cetak and cetakan logam. Proses ini memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana temperatur timah cair adalah 2700C. Sedangkan proses pencetakan otomatis menggunakan casting machine, pompa cetak, dan melting kettleberkapasitas 50 ton dengan proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60 ton.
Langkah – langkah pencetakan:
1. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.
2. Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan pertama pada serinya, aliran timah diatur dengan mengatur klep pada piapa penyalur.
3. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan berikutnyadan permukaan timah yang telah dicetak dibersihkan dari drossnya dan segera dipasang capa pada permukaan timah cair.
4. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan akan merata sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang bagus atau sesuai standar.
5. Ingot timah ynag telah dingin disusun dan ditimbang.
2.7. Kegunaan Timah
Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak dipergunakan untuk solder(52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan & perunggu (5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%).
Akibat dari petumbuhan permintaan, kegunaan baru dari timah ditemukan. Masalah lingkungan, keselamatan dan kesehatan mempengaruhi kegunaan timah. Hasil dari riset yang sedang dilakukan di Internatioanal Tin Research Institude Ltd., lembaga yang dibiayai industri, banyak pasar baru untuk timah sedang dikembangkan.
Beberapa kegunaan dari timah yaitu, :
• Pelat Timah
Sejumlah pembuat minum besar di pasar barat meningkatkan penggunaan kaleng pelat timah sangat tipis. Teknologi baru yang efisien dan kaleng Ecotop yang mudah didaur ulang mulai diperkenalkan untuk menanggapi masalah lingkungan di Eropa. Kaleng besi masih menjadi pilihan untuk kemasan makanan dan peningkatan pendapatan di Asia Tenggara kemasan makanan dan minuman akan meningkat lebih banyak.


• Peralatan Olah Raga
Seiring peningkatan standar hidup meningkat pula permintaan kesenangan. Produsen stik golf beralih menggunakan lapisan timah pada stik golf dan peningkatan penyedia amunisi untuk senjata olah raga berubah dari tembaga menjadi timah sebagai pengganti.
• Tutup Botol Anggur
Meningkatnya kesadaran kesehatan konsumen memaksa produsen untuk memanfaatkan bahan kemasan yang lebih aman. Penggantian tembaga dengan timah untuk tutup botol merupakan salah satu contoh.
• Penghambat Api
Telah dipelajari bahwa bahan tambahan dari timah, stannate dapat lebih efektif sebagai pemusnah api dalam polimer untuk pembuatan bungkus kabel PVC, plastik dan kain polyester dalam peralatan rumah tangga sehari-hari. Sudah ada hasil yang positif dalam pengembangan penghambat api untuk digunakan produsen kertas.
• Logam Hijau
Timah digunakan dalam perlengkapan rumah tangga setiap hari. Pendapatan paling tinggi adalah dalam pemenuhan barang konsumen yang semakin beragam. Permintaan timah di Asia Tenggara meningkat 8% setiap tahun. PT Timah menyediakan timah berkualitas untuk berbagai industri sekunder dan tertier yang menggunakan logam untuk menghasilkan produk konsumen dan industri.
• Timah Patri
Peningkatan pesat atas barang elektronik konsumen terutama di Asia dan inti dari setiap kamera, telepon portable, komputer, TV dan radio adalah papan circuit menggunakan timah patri. Kesadaran lingkungan dan kesehatan telah membuat banyak produsen mengganti dari timah hitam menjadi 90% timah patri.



• Produsen bola lampu
Timah merupakan bagian dasar dari bola lampu pijar dan neon. Untuk menyediakan 190 juta konsumen lokal dan membangun pasar expor, industri bola lampu Indonesia mempunyai kapasitas tahunan lebih dari 550 juta lampu.
• Timah dalam lembaran
Sudah lama timah digunakan untuk menghasilkan makanan dan minuman kaleng, keselamatan dan keamanan untuk kemasan dan penyimpanan. Sementara permintaan timah lembaran di Amerika dan Eropa sudah terbuka, potensi pertumbuhan di Asia sangat besar. Saat ini di beberapa bagian Asia, konsumsi kaleng timah perkapita ada pada tingkatan kurang dari satu persen konsumsi kaleng timah di Barat. Kaleng timah juga hemat energi, memerlukan energi setengah dari yang diperlukan untuk pembuatan kemasan PET dan lebih sedikit daripada energi yang diperlukan untuk membuat kaleng aluminium.
• Timah dalam kimia
Industri kimia adalah konsumen timah yang paling cepat berkembang. Permintaan sangat kuat untuk peralatan rumah tangga dan cat industri, pada plastik dan lapisan tanpa belerang yang digunakan industri teknik (tembaga, perunggu dan fosfor perunggu diantara yang lainnya). Contoh aplikasi komersil adalah pelapisan timah pada kawat dan kabel tembaga dan pembuatan bentuk-bentuk timah tempa.









BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
• Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Sn (bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan, dapat ditempa ("malleable"), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari mineral cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.
• Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
o Proses Pengolahan Mineral Timah
 Washing atau Pencucian
 Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
 Pemisahan berdasarkan berat jenis
 Pengolahan tailing
 Proses Pengeringan
 Klasifikasi timah
 Pemisahan Mineral Ikutan
o Proses pre-smelting
o Proses Peleburan ( Smelting )
o Proses Refining ( Pemurnian )
 Pyrorefining
 Eutectic Refining
 Electrolitic Refining
o Pencetakan
• Adapun manfaat timah dalam kehidupan sehari-hari yaitu digunakan sebagai pelapis dalam kaleng kemasan makanan, digunakan dalam pembuatan bola lampu, sampai pada penggunaan pada alat-alat olah raga.


DAFTAR PUSTAKA
http://revival44.wordpress.com/2010/03/02/logam-besi/
http://metal-hamzah.blog.friendster.com/2008/04/pengolahan-bijih-timah/
http://moslemchemistry.blogspot.com/2011/04/besi.html
http://www.encangirul.com/2011/04/proses-ekstraksi-timah-dari-ore.html
http://www.chem-is-try.org/
http://rimayantisihite.blogspot.com/2011/03/timah.html
http://www.ypb97.com/2010/02/proses-pemurnian-mineral.html


















KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan taufiq-Nya sehingga makalah tentang Kapsul ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, sejak awal sampai pada tahap penyelesaian, senantiasa diwarnai oleh berbagai hambatan dan tantangan, namun berkat adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tak langsung, baik moril maupun materil, akhirnya makalah ini dapatv terwujud sebagaimana adanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan tanggapan, kritikan serta saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, mengahaturkan ucapan terima kasih yang setinggi – tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada Bapak….. , selaku dosen pembimbing mata kuliah Kimia Fisika yang banyak memberikan bimbingan kepada penulis.
Mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi penulis dan tak lupa semoga amal bakti semua pihak yang telah memberikan bantuan dan partisipasinya mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT, Amieenn!!!

Makassar, 2 Mei 2011

Penulis

Penasaran.....nih baca lanjutannya..
Tugas kimia fisika

1. Apa yang dimaksud kristalisasi, destilasi dan mineralisasi?
• Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal padat dari suatu larutan induk yang homogen
• Destilasi merupakan proses pemisahan yang berdasarkan perbedaan titik didih dari komponen-komponen yang akan dipisahkan
• Mineralisasi adalah proses perubahan senyawa organik menjadi unsur anorganik dan menjadi benda yang padat dengan komposisi kimia dan sifat fisik yang khas
2. Apa fungsi kimia fisika di batu bara ?
Kimia fisika sangat berguna dalam penentuan kualitas batu bara, kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank). Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.

Penasaran.....nih baca lanjutannya..
PEMETAAN GEOLOGI LINGKUNGAN DAERAH INDRAMAYU JAWA BARAT

Oleh : Hilman T. dan Ruswanto

A. Kondisi Umum
Daerah pemetaan meliputi wilayah Indramayu, Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak pada koordinat 108000’00” – 108030’00” Bujur Timur dan 6010’00” - 6030’00” Lintang Selatan, terdiri atas 4 (empat) lembar peta skala 1 : 50.000 seri AMS/Bakosurtanal, yaitu Jatibarang (4623-I), Losarang (4623-IV), Indramayu (4624 II), dan lembar Eretanwetan (4624-III). Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Indramyu didominasi oleh penggunaan lahan sawah, yaitu sebesar 1.322,75 km2 (63,28 %) dari luas wilayah, sedang hutan sekitar 204,9 km2 (9,8 %). Hutan terdapat di bagian selatan di sekitar Haurgeulis dan Cibendung dan di Utara pantai Sindang dan Losarang. Perkebunan tebu terdapat di daerah selatan Cikedung dengan luas 78,88 km2 sedangkan pertanian lahan kering/kebun campuran/kebun pekarang tersebar di seluruh kecamatan dengan luas 198,15 km2. Penggunaan lahan untuk kegiatan industri terkonsentrasi di Balongan dimana pada areal tersebut terdapat Kawasan Industri EXOR I, sedangkan sisanya seluas 104,85 km2 (5,02 %), sebagian besar pemukiman yang menempati di sepanjang koridor jalan (negara, propinsi dan kabupaten).
B. Geologi
Morfologi daerah Indramayu dapat dibagi menjadi 2 (dua) satuan yaitu satuan morfologi dataran dan satuan morfologi dataran bergelombang :
• Satuan morfologi dataran, merupakan dataran delta, rawa, pematang pantai, alluvial sungai, tanggul alam dan aluvial sungai lama. Dataran delta dan rawa terdapat di bagian Utara mencakup 15 % dari seluruh daerah pemetaan, ketinggian antara 0 – 2 meter dengan kemiringan 0 – 3 %, pematang pantai terdapat di bagian Utara dan Tengah dengan ketinggian antara 0 – 4 m, kemiringan 0 – 3 %, alluvial sungai terdapat di bagian Utara, Tengah dan Timur mencakup sekitar 50 % dengan ketinggian tempat antara 0 – 6 meter, dan kemiringan medan 0 – 5 %, tanggul alam dan aluvial sungai lama terdapat di sepanjang Sungai Cimanuk dengan ketinggian tempat 2 – 10 m.
• Satuan morfologi dataran bergelombang, menempati bagian Baratdaya mencakup luas sekitar 25 % dari seluruh daerah pemetaan. Satuan ini mempunyai kemiringan lereng 3 – 10 % dengan ketinggian 7 – 20 m di atas permukaan laut.
C. Stratigrafi
Geologi daerah Indramayu dan sekitarnya berdasarkan peta geologi lembar Indramayu, Jawa Barat skala 1 : 100.000 (Sudana, D. dan Achdan A., 1992), urutan stratigrafinya dari tua ke muda adalah sebagai berikut
• Batupasir tufaan dan konglomerat (Qav), terdiri atas konglomerat, batupasir konglomeratan, batupasir tufaan dan tuf. Konglomerat, berwarna abu-abu kekuningan, lepas, perlapisan kurang jelas, banyak dijumpai lapisan silang–siur, komponen sebagian besar bergaris tengah 5 cm, terdiri dari andesit dan batuapung makin ke selatan komponen semakin membesar dan menyudut; Batupasir dan tuf, umumnya berwarna kemerahan, pemilahan jelek, merupakan sisipan dalam konglomerat, komponen dalam batupasir terdiri dari pecahan batuan beku andesit, batuapung dan kuarsa, di beberapa tempat terdapat struktur sedimen silang-siur.
• Endapan delta (Qad), satuan ini terdiri atas lanau dan lempung, berwarna coklat kehitaman, mengandung sedikit moluska, ostrakoda, foraminifera plangton dan bentos. Tebal satuan ini lebih kurang 125 meter. Satuan ini merupakan daerah tempat budidaya/tambak bandeng, udang dan sebagian hutan bakau. Penyebarannya meliputi daerah muara sungai Cimanuk dan Sungai Cililin, umur satuan ini adalah Holosen.
• Endapan sungai (Qa), terdiri atas pasir, lanau dan lempung, berwarna coklat, daerah penyebarannya melampar terutama di sepanjang Sungai Cimanuk. Tebal satuan ini lebih kurang 50 meter, berumur Holosen.
• Endapan pantai (Qac), terdiri atas lanau, lempung dan pasir, banyak mengandung pecahan moluska, berwarna abu-abu kehitaman, tebal lebih kurang 130 meter. Satuan ini berbatasan dengan tanggul-tanggul pantai dengan penyebaran di pantai bagian tengah dan Timur, merupakan daerah pesawahan dan tambak garam, berumur Holosen.
• Endapan pematang pantai (Qbr), terdiri atas pasir kasar - halus dan lempung, banyak mengandung cangkang moluska, penyebaran satuan ini membentuk pematang-pematang yang tersebar di daerah pantai dengan bentuk yang sejajar satu sama lain, beberapa ada yang memancar dari satu titik (apek), tinggi pematang ada yang mencapai 5 meter dari muka laut. Ketebalan satuan ini berkisar 25 – 50 meter. Pematang pantai ini merupakan daerah pemukiman dan lokasi jalur jalan/jalan raya, berumur Holosen.
• Endapan dataran banjir (Qaf), terdiri atas lempung pasiran, lempung humusan, dan lempung lanauan, berwarna abu-abu kecoklatan sampai kehitaman, satuan ini menutup satuan yang lebih tua ditandai dengan adanya bidang erosi seperti yang nampak di tebingtebing Sungai Cibogor dan Sungai Kandanghaur bagian hulu. Tebal satuan ini lebih kurang 120 meter. Umur satuan ini adalah Holosen. Penyebaran satuan ini meluas sampai ke lembar Cirebon dan Arjawinangun.
D. Struktur Geologi
Struktur geologi di daerah pemetaan tidak dijumpai/tidak berkembang, hal ini mungkin disebabkan karena sifat dan kondisi dari satuan litologi yang menyusun daerah ini belum kompak sehingga proses orogenesa maupun epirogenesa serta tektonik kurang begitu berpengaruh.
E. Sifat Fisik dan Keteknikan Batuan
Sifat fisik batuan hasil pengamatan di lapangan dan hasil peneliti terdahulu menunjukkan
sebagai berikut :
• Batupasir tufaan dan konglomerat (Qav), berwarna coklat kemerahan – coklat kekuningan, agak kaku, teguh, kompresibilitas sedang, tebal antara 2,5 – 15 m, daya dukung untuk pondasi dangkal rata-rata 35,00 ton/m2, muka airtanah antara 2 – 5 m.
• Endapan delta Qad), satuan ini terdiri atas lanau dan lempung, berwarna coklat kehitaman, mengandung sedikit moluska, sangat lunak – lunak, plastisitas rendah, kompresibilitas tinggi, permeabilitas rendah, tebal antara 1,2 – 6,7 m, daya dukung pondasi dangkal berkisar antara 2,0 – 6,0 ton/m2.
• Endapan sungai (Qa), terdiri atas pasir, lanau dan lempung, banyak mengandung pecahan moluska, berwarna abu-abu kehitaman, lunak – teguh, permeabilitas sedang, tebal antara 9 – 8 m, daya dukung untuk pondasi dangkal berkisar antara 7,00 – 14,00 ton/m2, muka irtanah berkisar antara 1,0 – 5,0 m dengan rasa tawar.
• Endapan pantai (Qac), terdiri atas lempung lanau dan pasir, banyak mengandung pecahan moluska, berwarna coklat – coklat kehitaman, lunak – teguh, permeabilitas sedang – tinggi, kompresibilitas sedang, daya dukung unutk pondasi dangkal 7,00 – 14,00 ton/m2,
muka airtanah berkisar antara 1,00 – 5,00 m.
• Endapan pematang pantai (Qbr), terdiri atas pasir kasar - halus dan lempung, banya mengandung cangkang moluska, berwarna abu-abu kehitaman, lepas, agak padu, berbutir halus – sedang, tebal berkisar antara 1 – 6 m, permeabilitas sedang – tinggi, daya dukung untuk pondasi dangkal antara 2,00 – 6,00 ton/m2, muka airtanah berkisar antara 1,00 – 4,00 m dengan rasa air anta – asin.
• Endapan dataran banjir (Qaf), satuan ini terdiri atas lempung – lempung lanauan, berwarna abu-abu kecoklatan, lunak – agak teguh, plastis, kompresibilitas tinggi, bersifat mengembang, tebal berkisar antara 3,5 – 20 m, daya dukung untuk pondasi dangkal berkisar antara 7,00 – 18,00 ton/m2, muka airtanah antara 0,5 – 6 m dengan rasa tawar.
F. Sumberdaya Geologi
• Sumber air
Air permukaan, ialah semua air yang ditemukan dipermukaan tanah, seperti air sungai, air rawa, irigasi dan lain-lain. Air permukaan yang berupa air sungai terdapat dalam jumlah yang banyak terutama pada musim hujan. Dalam musim hujan air sungai umumnya berwarna keruh kecoklatan, sedangkan pada musim kemarau umumnya debit air berkurang terutama sungai-sungai kecil bahkan ada yang sampai kering. Sungai utama yang terdapat di daerah pemetaan adalah S. Cimanuk, yang telah banyak dimanfaatkan untuk pertanian, selain itu penduduk yang tinggal di sepanjang alur sungai memanfaatkan untuk keperluan sehari-hari.
Airtanah bebas, adalah air yang tersimpan dalam suatu lapisan pembawa air tanpa lapisan kedap air di lapisan atasnya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pengambilan air dilakukan dengan cara membuat sumur gali dan sumur pantek. Dengan lapisan pembawa air ialah pasir, pasir kerikilan, pasir lanauan dan pasir lempungan. Kedalaman muka airtanah yang diamati dari sumur-sumur gali penduduk sungai bervariasi, berkisar antara 0,5 – 4 m di bawah tanah setempat di daerah dataran, dan antara 4 - < 0 m di bawah permukaan tanah setempat di daerah pebukitan. Buaian muka airtanah antara musim hujan dan kemarau cukup besar, yaitu 1 – 3 m di dataran dan 3 – 6 m di daerah pebukitan. Mutu airtanah bebas di daerah dataran terutama daerah dataran pantai sangat bervariasi tergantung dari jaraknya dari garis pantai. Di daerah yang terletak antara 1 – 2 km dari garis pantai air umumnya terasa payau hingga asin sehingga penggunaannya terbatas. Airtanah bebas di daerah perbukitan mutu airtanah cukup baik untuk dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari hanya kendalamnya muka airtanah setempat cukup dalam.
• Bahan Galian
Bahan galian yang terdapat di daerah pemetaan dan telah dimanfaatkan, berupa pasir sungai, pasir pantai, lempung / tanah liat, dan sirtu.
Pasir sungai, merupakan endapan hasil sedimentasi masa kini (resen) karena itu endapan ini masih berada di lingkungan sungai, biasanya endapan pasir ini terakumulasi di sekitar kelokan sungai dan di sekitar muara sungai. Pasir sungai ini banyak diambil di sepanjang alur Sungai Cimanuk. Pasir umumnya berwarna abu-abu kecoklatan, berbutir halus – sedang bercampur dengan lanau dan lumpur. Pasir ini dapat digunakan sebagai bahan agregat beton, untuk urugan dan keperluan lainnya.
Pasir pantai, cukup melimpah di sepanjang muara Sungai Cimanuk, hanya pengambilan pasir di daerah pantai akan memacu percepatan abrasi.
Lempung/tanah liat, penyebaran ini cukup melimpah, sebagian besar terdapat di bagian tengah, dan timur daerah pemetaan. Lempung / tanah liat berasal dari pelapukan batuan sedimen yang mengandung endapan vulkanik, berwarna coklat kemerahan dan abu-abu kecoklatan, bersifat lunak – agak padat, plastis, sebaliknya bila kering keras akan tetapi rapuh. Lempung tersebut cukup baik untuk bahan pembuatan batubata dan genteng dan juga cukup baik untuk bahan urugan.
Endapan sirtu, dapat dijumpai di dalam sungai atau di bagian tepi sungai dengan cadangan yang cukup banyak.
G. Geologi LIngkungan
Daerah pemetaan dapat dipisahkan menjadi 6 satuan geologi lingkungan, pembagian satuan ini berdasarkan pada jenis batuan yang merupakan ciri penting dalam pemanfaatan lahan secara maksimal, selain itu dari sifat fisik batuan akan tercermin kondisi keairannya (Hidrogeologi), sumber bahan galian yang ada, dan daerah rawan bencana geologi.
Satuan Geologi Lingkungan 1 (GL 1), dibentuk oleh morfologi pedataran pantai dengan kemiringan lereng < 3 %, sebagian merupakan daerah pasang surut. Morfologi ini merupakan pertumbuhan dari delta Cimanuk, litologinya tersusun oleh endapan lumpur, lempung, pasir dan kerikil, berwarna abu-abu tua kehitaman, mudah urai, lunak, mudah larut dalam air, dalam keadaan kering pecah-pecah dan agak padat. Daya dukung untuk pondasi dangkal antara 2,00 – 6,00 ton/m2, pondasi sedang (3 – 5,) antara 4,00 – 7,00 ton/tiang dan pondasi dalam ( > 5 m) antara 7,00 – 11,00 ton/tiang, penggalian umumnya mudah dilakukan dengan peralatan sederhana. Sumberdaya air yang dijumpai berupa air permukaan (sungai dan rawa) dan sumur air dangkal, dengan muka airtanah 0,8 – 4,8 m, air berasa payau – asin. Aquifer produk tufa dengan penyebaran luas, keterusan sedang, debit dari sumur gali umumnya mencapai 5 ltr/dtk. Bahan galian yang ada berupa pasir pantai dan lempung setempatsetempat. Penggalian umumnya mudah dilakukan dengan peralatan sederhana. Bahaya geologi yang terdapat yaitu abrasi dan akresi. Abrasi yang terjadi di bagian pantai Indramayu terutama di daerah sekitar Eretan, Balongan dan Juntinyuat. Pendangkalan (Akresi) terjadi di sekitar muara delta Cimanuk baru. Amblesan terjadi di daerah batuan lunak seperti terlihat pada badan jalan yang bergelombang sering rusak. Pencemaran akan mudah terjadi pada sebaran pasir baik oleh buangan limbah cair maupun penyusupan airlaut.
Satuan Geologi Lingkungan 2 (GL 2), bentuk morfologi merupakan pedataran, alur sungai atau limpah banjir dengan kemiringan 3 -–5 % dengan ketinggian tempat antara 2 – 7 m di atas muka laut, litologi yang menyusun daerah dan sebagainya terdiri dari endapan aluvial, lempung pasiran bercampur kerikil, berwarna coklat – coklat kehitaman, lunak – teguh, plastisitas rendah, permeabilitas rendah komponen kerikil berupa andesit / batupasir /
batulempung, tebal antara 3 – 8 m. Daya dukung untuk pondasi dangkal antara 7,00 – 14,00 ton/m2, pondasi sedang 2,00 – 16,00 ton/tiang, pondasi dalam ( > 7 m) antara 26,00 – 48,00 ton/tiang, penggalian umumnya mudah dilakukan oleh alat-alat sederhana. Sumberdaya air yang ada berupa air sungai dan sumur gali dengan muka airtanah berkisar antara 0,8 – 4,8 m, air berasa tawar, semakin ke arah pantai berasa payau – asin. Aquifer produktif dengan penyebaran luas, keterusan sedang, debit sumur gali umumnya mencapai 5 ltr/dtk. Bahan galian yang ada berupa pasir sungai. Bahaya lingkungan yang terdapat berupa runtuhan tebing-tebing sungai, pencemaran berupa pencemaran terhadap air sungai. Penggunaan lahan terdiri dari tambak, sawah, rawa dan setempat permukiman.
Satuan Geologi Lingkungan 3 (GL 3), bentuk morfologi berupa dataran pematang pantai lama dengan kemiringan lereng antara 0 – 3 % dan ketinggian tempat antara 0 – 4 m di atas muka laut, litologi penyusun terdiri dari pasir dan pasir lempungan, berwarna abu-abu kehitaman, lepas – agak lepas, berbutir halus hingga sedang, mengandung banyak cangkang moluska (kerang), permeabilitas tinggi. Sumberdaya air yang ada berupa airtanah dangkal tawar di atas airtanah asin. Bahan galian yang terdapat berupa pasir dan kerikil. Bahaya lingkungan yang mungkin terjadi adalah pada sebaran pasir, mudah terjadi pencemaran baik berupa bahan cair maupun penyusupan airlaut. Penggunaan lahan umumnya untuk permukiman, sawah dan kebun.
Satuan Geologi Lingkungan 4 (GL 4), bentuk morfologi berupa daerah dataran pantai dengan kemiringan lereng antara 0 – 4 % dan ketinggian berkisar antara 1 – 7 m, litologi tersusun oleh lempung – lempung lanauan, abu-abu kecoklatan, lunak – agak teguh, Platisitas tinggi, kompresibilitas tinggi. Daya dukung untuk pondasi dangkal antara 8,00 – 10,00 ton/m2, pondasi sedang dengan kedalaman (3 – 5 m), antara 1,00 – 2,00 ton/tiang, pondasi dalam ( > 6 m) antara 10,00 – 20,00 ton/tiang, penggalian dapat dilakukan dengan peralatan sederhana dengan memperhatikan muka airtanah dangkal. Sumberdaya air yang ada terdiri dari air sungai dan sumur dangkal, daerah airtanah dengan aquifer berproduktif sedang, kedalaman muka airtanah umumnya dalam, debit air sumur gali ± 5 ltr/dtk. Bahan galian yang ada berupa pasir, lempung dan setempat-setempat tanah urug. Bahaya lingkungan berupa nendatan (amblesan). Penggunaan lahan saat ini ialah sawah, kebun, semak belukar, setempat permukiman.
Satuan Geologi Lingkungan 5 (GL 5), morfologi berupa daerah bergelombang dengan kemiringan lereng antara 3 – 5 % dan ketinggian antara 4 – 20 m di atas muka laut, litologi penyusunnya terdiri dari lempung pasiran, lempung kerikilan, berwarna coklat kemerahan – coklat kekuningan, agak kaku – teguh, plastisitas sedang – tinggi, kompresibilitas sedang, tebal antara 2,5 – 15 m. Daya dukung pondasi dangkal rata rata 35,00 ton/m2, pondasi sedang antara 5,00 – 8,00 ton/tiang, dan pondasi dalam ( > 5 m) antara 11,00 – 4,00 ton/tiang, penggalian dapat dilakukan dengan peralatan sederhana. Daerah ini merupakan daerah resapan dengan aquifer berproduktif sedang, kedalaman muk airtanah umumnya dalam, debit air sumur gali (dangkal) < dari 5 ltr/dtk. Bahan galian yang ada terdiri dari pasir dan lempung setempat tanah urug. Bahaya lingkungan yang ada berupa amblesan. Penggunaan lahan terdiri dari sawah, kebun, hutan dan semak belukar.
Satuan Geologi Lingkungan 6 (GL 6), morfologi berupa daerah bergelombang dengan kemiringan lereng antara 3 – 10 % dan ketinggian 7 – 20 m di atas muka laut, litologi penyusun terdiri dari lempung lanauan, mereh – merah kecoklatan, teguh, plastisitas sedang, kompresibilitas sedang, setempat mengandung kerikil dan bongkah batuan andesit, tebal antara 2,5 – 8 m. Daya dukung untuk pondasi dangkal rata-rata 30,00 ton/m2, pondasi sedang antara 16,00 – 31,00 ton/tiang, dan pondasi dalam daya dukungya antara 20,00 – 24,00 ton/tiang, penggalian dapat dilakukan dengan peralatan sederhana. Daerah ini merupakan daerah peresapan, aquifer dengan produktifitas rendah, kelulusan rendah – sedang, airtanah dalam dapat disadap dengan debit kecil, pada daerah lembah (zona pelapukan) airtanah dangkal dapat diperoleh. Bahan galian yang terdapat terdiri dari batubelah dan tanah urug. Bahaya geologi yang ada ialah kemungkinan adanya longsoran. Penggunaan lahan saat ini ialah hutan, kebun semak belukar, setempat permukiman.

Penasaran.....nih baca lanjutannya..
KIMIA FISIKA

Kimia fisika
Atom, molekul, dan sifat-sifat gas
1. Atom dan molekul
Kimia fisika didefinisikan sebagai ilmu yg mempelajari prinsip-prinsip dasar tentang sifat dan perubahan sifat.penyelidikan telah dilakukan untuk menyelidiki sifat unsur dan mengikhtisarkannya dalam hukum-hukum eksperimen (hukum boyle) dan teori yg simpel untuk membuktikan hukum tersebut(teori kinrtik gas).
Sistem yg homogen dan sistem heterogen
Suatu sistem dikatakan homogen apabila mempunyai sifat yg sama seangkan system heterogen terdiri dari bermacam macam fasa dan sifat yg berbeda antara satu boundary dengan boundary lainnya.
Zat
Suatu system yg homogeny dan mempunyai sifat kimia yg spesifik pada suatu kondisi tertentu disebut zat murni.misalnya sodium klorida, mercury dan air murni.
Zat murni tidaklah mudah berubah akibat adanya proses fisika seperti misalnya destilasi , kristalisai dan sebagainya.
Unsure dan campuran
Unsure tidak mudah berubah sifatnya akibat adanya proses kimia. Sedangkan di pihak lain, campuran merupakan adukan dari 2 atau lebih unsure yg mudah berubah siftanya.
2. Teori atom
Teori atom Dalton (1808)
a) Atom adlah bagian terkecil dari suatu unsure, yg selalu berada dalam keadaan bebas.
b) Atom dan unsurnya selalu mempunyai sifat yg identik dalam hal :massanya , volumenya, daya reaktifnya dan sebagainya.
c) Atom dari unsure lain yg berbeda selalu mempunyai sifat yg berbeda.
d) Kombinasi sifat kimia dapat terjadi, bila atom-atom saling berhubungan dan bersatu membentuk sebuah molekul.
3. Penjelasan teori atom
a) Hukum volume gabungan
Ketentuan bahwa gas mempunyai sifat selalu ingin bergabung pada temperatur dan tekanan yg tetap pada satu ruangan dalam suatu perbandingan yg mudah dan bulat. Sebagai contoh
1 volume hydrogen +1 volume chlorine = 2 volume hydrogen klorida
Jadi
-n atom hydrogen + n atom chlorine = 2 n molekul hydrogen klorida
-1 atom hydrogen + 1 atom chlorine = 2 n molekul hydrogen klorida
b) Hipotesa Avogadro
Unsur pembentuk gas selalu terdiri dari 2 atom sebagaimana yg dikemukakan sebelumnya oleh Avogadro ; bahwa semua gas pada temperatur dan tekanan yg sama selalu mempunyai jumlah molekul yg sama.

Pengukuran secara tidak langsung terdiri dari
a) Hukum faraday melalui elektrolisa
I. Massa sembarang zat apabila di elektrolisir cenderung unutk memisahkan diri
II. Massa dari zat yg berbeda terpisah bila dilalui listrik, pemisah bergantung pada konssentrasi dari larutannya.
b) Penyusun atom pada susunan berkala
4. Modifikasi teori atom
Fisika sub atom
Pada permulaan abad ini mendatangkan kergu-raguan terhadap pernyataan bahwa atom masih dapat pecah menjadi bagian yg lebih kecil lagi yg disebut partikel sub atom.intinya mempunyai muatan proton positif dan neutron yg netral. Nomor atom z dari suatu unsur menunjukkan nomor electron dan juga nomor protonnya, dan nomor massanya adalah merupakan jumlah dari isotop.
Massa atom dari suatu unsur tidak selalu tetap. Atom dari suatu unsur seharusnya sama dengan nooor proton dalam intinya. Unsur yg mempunyai nomor atom sama tetapi noomor massa berbeda disebut isotop. Sebagai contoh
Oksigen mempunyai 3 isotop yaitu:
168O(99,76%),17¬¬¬8O(0,004%) dan 18¬¬¬8O0,20%)
Atau dapat ditulis sebagai oksigen
Oksigen -17
Oksigen -18
4.3. ekuivalen massa dengan energy
Jika massa atom bergabung membentuk suatu molekul, masssa dari molekul itu jauh lebih ringan dari atom asalnya. Hal inii disebabkan oleh adanya energy (E) yg dihasilkan oleh molekul itu, sebesar:
E=mCo2
Dimana
M=massa dari molekul
Co=kecepatan
4.4. percampuran non stoichiometry
Campuran yg terdiri dari molekul yg berbeda memounyai komposisi yg tetap yg diketahui disebut campuran stoikiometri.untuk zat padat campurannya tidak terdiri dari molekul yg berbeda sehingga tidak mengikuti hukum yg ada, misalnya Fe S tidak mempunyai komposis yg sama, ini adalah contoh dari campuran non stoikiometri yg bervariasi komposisi atomnya yg berubah ubah tidak mempengaruhi terhadap sifat kimia campuran maupun fisika campurannya.
5. Batas atom dan massa molekul
Berat atom suatu unsur adalah merupakan dasar daripada penentuan skala absolut dari masssa atom relative, Ar dan massa molekul relative,Mr yg disebut jg berat atom.
5.1.standar berat atom dan berat molekul
a) Berdasarkan standar hydrogen
Berat atom dari suatu unsur adalah perbandingan antara massa satu atom unsur tersebut dengan massa atom hydrogen.
b) Standar oksigen
Oksigen merupakan standar yg lebih baik, karena unsur lebih cenderung menarik oksigen daripada hydrogen, selain itu juga mempermudah analisis. Ilmu kimia menstandarkan terhadap oksigen dengan alasan karena oksigen mempunyai massa sebesar 16.000.000 satuan.
c) Berdasarkan standar karbon
Isotop karbon -12 dengan 12.000.000 satuan dapat dijadikan dasar penghitungan berat atom
5.2 mol
Mol didefinisikan sebagai banyaknya massa suatu unsur atau molekul dalam suatu massa unsur lain atau molekul lain yg ditempatinya. Dalam system SI satuan massa adalah kilogram.
Contoh 1
Hitung jumlah mol dari
(a) 100 kg NaCl
(b) 10-2 gr H2O
(c) 106gr aluminium triklorida
Penyelesaian
(a) massa molar NaCl = 0,05844 kg mol-1
Mol NaCl=100/0,5844=1,71 x 103 mol
=1,71 kmol
(b) massa molar H2O = 0,018 kg mol-1
Mol H2O =10-2 x 10-3/0,018 = 5,56 x 10 -6
=5,56 mol
(c)aluminum triklorida mempunyai formula AlCl¬¬¬3 dalam bentuk padatan dan Al2Cl6 dalam bentuk gas atau uap.
Untuk AlCl3
Molar massanya = 0,133 kg mol-1
Jumlah mol AlCl3= 10-6 x 10-3/0,018
=7,52 x 10-9 mol = 7,52 mol
Untuk Al2Cl6
Massa molarnya = 0,266 kg mol -1
Jumlah mol Al2Cl6 = 10-6 x 10 -3 / 0,266
=3,76 x 10-9 mol
= 3, 76 n mol


Kanari Kimia dalam Tambang Batu Bara Biologis
Biosensor adalah suatu alat yang mengenali target molekul dalam sampel dan menerjemahkan konsentrasi senyawa tersebut sebagai sinyal elektrik melalui kombinasi tepat dari sistem pengenalan dan transduser. Sebagai contoh, untuk mengetahui apakah terdapat oksigen dalam suatu tambang batu bara, satu hal mudah yang dapat dilakukan adalah menggunakan burung kanari. Sambung sebuah mikrofon ke kandang kanari tersebut kemudian kandang diturunkan ke dalam tambang batu bara. Jika memang terdapat oksigen maka burung kanari akan bernyanyi. Jika dianalogikan sebagai sebuah biosensor, maka oksigen adalah analit, burung kanari adalah sensor dan mikrofon adalah sebuah transduser. Dengan kombinasi ketiganya maka sebuah biosensor yang baik dapat diciptakan.
Pengembangan biosensorlah yang dapat memberikan suatu pengembangan terhadap alat penunjang kehidupan manusia yang sifatnya krusial. Namun pengembangan ini pulalah yang menjadi masalah, karena biosensor harus bersifat sangat spesifik terhadap suatu molekul substrat yang didesain untuk dideteksi, atau dalam kata lain, tidak bereaksi dengan molekul lainnya.
Terdapat banyak sekali jurnal penelitian yang berkisar tentang biosensor, dan mulai menjadi topik hangat penelitian di tahun-tahun sekarang. Namun ilustrasi yang tepat dapat diberikan oleh Tony James dan Christopher Cooper di Universitas Birmingham. Penelitian mereka adalah tentang sensor untuk gula amina glukosamina.
Bandingkan struktur glukosamina dengan glukosa; perbedaannya hanya terletak pada gugus hidroksi (-OH) pada glukosa dan gugus amina (-NH2) dalam glukosamina. Kunci dari pengembangan biosensor untuk senyawa ini ialah gugus amino dari glukosamina dapat diprotonasi.

Penasaran.....nih baca lanjutannya..
SEKILAS TENTANG MINERAL OPTIK

MINERAL OPTIK
Mickey E. Gunter
Departemen Geologi dan Teknik Geologi
University of Idaho, Moscow, Idaho
I. Cahaya
II. Mikroskop polarisasi cahaya dan sampel geologi
III. Bias indeks dan pengukurannya


GLOSARI
anisotropik mineral: mineral dengan lebih dari satu pokok bias indeks.
birefringence: Perbedaan matematis antara yang terbesar dan indeks refraksi terkecil untukanisotropik mineral.
biaksial mineral: mineral dengan tiga indeks bias utama dan dua optik sumbu. indicatrix adalah sebuah triaxial ellipsoid.
dispersi: Perubahan properti optik dengan panjang gelombang. indicatrix: Permukaan tigadimensi yang menggambarkan variasi indeks bias dengan hubungan getaran arah cahaya insiden.
isotropik mineral: mineral dengan indeks bias yang sama terlepas dari arah getaran. Indicatrix adalah sebuah bola.
optik kelas: Salah satu dari lima kelas mungkin (indicatrices berbeda) untuk yang mineral dapat dimasukkan: isotropik, uniaksial + / -, Atau biaksial + / -.
optik orientasi: Hubungan antara mineral's sumbu kristalografi dan optik indicatrix.
pleochroism: Sifat menunjukkan warna yang berbeda sebagai fungsi arah getaran



INDEKS
Untuk isotropik-n mineral, untuk mineral uniaksial - e dan w, untuk mineral biaksial - a, b, dan g.
uniaksial mineral: mineral dengan dua indeks bias pokok dan satu sumbu optik. indicatrix adalah yg tersebar luas atau oblate ellipsoid.

MINERAL OPTIK
studi tentang interaksi cahaya dengan mineral, paling sering terbatas pada cahaya tampak dan biasanya lebih lanjut terbatas pada mineral non-opak.. Aplikasi yang paling umum dari mineralogi optik adalah untuk membantu dalam identifikasi mineral, baik di bagian batuan tipis atau individu mineral butir. aplikasi lain terjadi karena optik sifat-sifat mineral yang berhubungan dengan kimia kristal mineral,misalnya, komposisi kimia mineral itu, struktur kristal, order / gangguan. Dengan demikian,hubungan ada, dan korelasi yang mungkin antara mereka dan beberapa properti optik.
I.CAHAYA
A. Teori cahaya
Cahaya dapat dianggap baik sebagai fenomena gelombang (Teori elektromagnetik) atau fenomenapartikel (teori kuantum), tergantung pada proses fisik yang diteliti. Dalam mineralogi optik kedua bentuk cahaya yang digunakan untuk sepenuhnya menjelaskan interaksi cahaya dengan mineral.Kisaran dan warna cahaya tampak yang didefinisikan dalam istilah panjang gelombang: ungu(390-446 nm), indigo (446-464 nm), biru (464-500 nm) oranye, hijau (500-578 nm), kuning (578-592nm), (592-620 nm), merah (620-770 nm). Dalam mineralogi optik arah propagasi disebut sebagaijalur sinar dan arah transfer energi sebagai arah getaran. The geometris hubungan antara jalan cahaya, arah getaran, dan mineral merupakan satu bagian utama dari optik studi tentang mineral, Hasildari teori gelombang yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana cahaya yang dibiaskan oleh mineral. Sebuah uraian dari interaksi foton dengan elektron ikatan dalam mineral dapat digunakanuntuk menjelaskan fenomena seperti indeks bias, warna, dan pleochroism, dan untuk menginterpretasikan paling spektroskopi studi.
B. POLARISASI CAHAYA
Teori elektromagnetik cahaya digunakan untuk menjelaskan polarisasi fenomena. Ada empat jeniscahaya terpolarisasi: acak, pesawat, lingkaran dan elips. pesawat terpolarisasi adalah bentuk yangpaling penting bagi Studi mineral. Namun, bentuk lingkaran dan elips menjadi penting dalam studilebih lanjut. pesawat terpolarisasi cahaya digunakan untuk studi anisotropik kristal karena getaranarah cahaya dapat dibuat sejajar dengan arah tertentu dalam kristal.
POLARISASI CAHAYA MIKROSKOP DAN SAMPEL GEOLOGI
mineral ditempatkan untuk pengamatan di pesawat terpolarisasi cahaya. Sampel mungkin diputarsehingga cahaya terpolarisasi akan bergetar sepanjang arah yang berbeda dalam kristal. Polarizerlain, di sudut kanan ke polarizer rendah, dapat dimasukkan dan ditarik dari mikroskop. Ketika atas polarizer dimasukkan, sampel mineral sedang dilihat antara menyeberang polarizer. Dengan tidakada sampel atau isotropik yang hadir, tidak cahaya akan terlihat karena polars disilangkan. Namun,jika acak mineral anisotropik berorientasi dimasukkan, kristal akan muncul dan akan hilang(gelap) setiap 90 ° rotasi panggung. Pada dasarnya, yang PLM tidak lebih dari dua lembar polarizer arah getaran yang tegak lurus dengan kemampuan ditambahkan ke memperbesar gambar. Jugaditunjukkan pada Gambar 2 adalah sebuah aksesori yang dibuat dari berbagai jenis pelat anisotropikyang dapat dimasukkan ke dalam cahaya kereta api. Pengamatan dilakukan sebelum dansesudah penyisipan pelat ini memberikan informasi berharga mengenai karakteristik optik mineral yang diteliti. Sistem lensa Sub memberikan dua tipe dasar cahaya ke sampel. Untuk pencahayaanorhtoscopic, sinar cahaya yang meninggalkan Sub sistem lensa sejajar dengan sumbu optikmikroskop. Ini adalah "Normal" melihat kondisi. Dalam pencahayaan conoscopic, sinarmeninggalkan Sub-sistem tidak lagi paralel tetapi merupakan kerucut terbalik yang titik (fokus) adalah pada sampel. Conoscopic pencahayaan digunakan untukamati angka gangguan mineral. Dari angka-angka ini kristal sistem mineral biasanya dapat didirikan, dengan demikian, angka-angka ini sangat membantu dalamidentifikasi mineral. Ada tiga jenis sampel umumnya belajar di PLM di geologi.
(1) Bubuk mineraldalam kisaran ukuran 0,07-0,15 mm untuk digunakan dalam metode perendaman.
(2) kristaltunggal mineral sekitar 0,03-3,0 mm untuk digunakan pada tahap poros.
(3) sayatan tipis bagian, dibuat dengan memotong, menggiling, dan polishing sepotong batu terpasang pada slidemikroskop untuk ketebalan 0,03 mm. Tipis bagian yang jauh yang paling umum menggunakanmineralogi optik di geologi. Mereka digunakan oleh petrologists untuk mengidentifikasimineral ini, tekstural mereka hubungan, untuk mengklasifikasikan batuan, dan untukmencari mineral untuk microprobe analisis.

INDEKS BIAS DAN USAHA PENGUKURAN
A. Indeks bias
Indeks bias (n) adalah properti fisik dari mineral matematis didefinisikan sebagai:
n = VV/VM
dimana,
n = indeks bias mineral
vv = kecepatan cahaya dalam ruang hampa
vm = kecepatan cahaya dalam mineral
Ada tiga poin penting yang diperoleh dari pemeriksaan Persamaan
(1) Indeks bias vakum adalah 1,0.
(2) Indeks bias adalah unitless nomor.
(3) Karena kecepatan cahaya tidak bisa melebihi yang di
kekosongan (3x108 m / s), indeks bias bahan lebih besar dari 1.
B. Cahaya bias
cahaya bergerak melalui kristal dengan insiden dan memancarkan sinar berikut Hukum Snell, matematis ditulis:
ni sin (q1) = sin (t) nt sin [q 2]
dimana,
ni = indeks bias media insiden
nt = indeks bias media transmisi
q1 = sudut datang
q2 = sudut transmisi atau pembiasan
Sebagian besar ilmu optik fisik dan ray tracing didasarkan pada formula. Dengan menganalisisPersamaan 2 berikut ini dicatat.
(1) Setiap sinar di kejadian normal ke bahan indeks bias yang berbeda akan ditransmisikan tanpa penyimpangan apapun
(2) Bila baik insiden dan media transmisi memiliki indeks bias yang sama, insiden dan sudut transmisi adalah sama.
(3) Untuk kasus umum, ketika sudut insiden tidak 0 ° dan indeks bias untuk dua bahan yang tidak sama,sinar dibiaskan dansudut bias dapat ditemukan dari Persamaan 2
(4) Ada beberapa sudut di ray insiden yang dibiaskan pada sudut 90 °, ini dinamakan bias total dan digunakan dalam refractometery untuk menentukan indeks bias yang tidak diketahui . Sudut di mana total refraksi terjadi disebut sudut kritis. Setiap sinar insiden, sebelum sudut kritis tercapai,tercermin serta sebagian ditransmisikan. Untuk komponen tercermin, sudut refleksi sama dengan sudut datang.Untuk kedua sinar intensitas dan sifat polarisasi juga dapat dihitung (Gunter, 1989). Hukum Snellditaati oleh semua bahan isotropik, namun tidak ditaati untuk orientasi acak material anisotropik.
C. Dispersi
Indeks bias dari suatu bahan tergantung pada panjang gelombang ringan dan dapat ditulis secara matematis:
n = f (y)
dimana,
n = indeks bias mineral
y = panjang gelombang cahaya
Perubahan indeks bias adalah dispersi. Kurva berani memiliki lereng curam dan menunjukkan sebuah dispersi yang lebih besar daripada kurva ringan. Secara umum, dispersi dari cair lebih besar daripadayang solid. Juga, secara umum, semakin tinggi indeks bias bahan semakin tinggi dispersi. Untukpengukuran optik kuantitatif perlu mencari matematika sesuai dengan data. Beberapa hubungan,baik teoritis dan empiris, telah diusulkan untuk mengkuantifikasi hubungan di Persamaan3.Persamaan Cauchy (Persamaan 4) adalah salah satu seperti persamaan.
n = C 1 + c2/y3+c3/y4
dimana,
n = indeks bias
y= panjang gelombang cahaya
Cn = nilai yang diperoleh dari regresi
Pelangi, diciptakan dari tetes hujan, atau prisma kaca akrab contoh dispersi. Indeks bias air, atau kaca,menurun dengan panjang gelombang. cahaya putih terdiri dari panjang gelombang cahaya yangberbeda, dan setiap panjang gelombang memiliki indeks bias yang berbeda. Penerapan HukumSnell (Persamaan 2) menunjukkan bahwa sudut yang berbeda bias terjadi untuk berbagai warna cahaya.Dengan demikian, karena optik dispersi dan geometris dari Hukum Snell, warna pelangi yangmudah dipahami. Lampu merah, dengan indeks bias terendah, dibiaskan paling sedikit dan terjadipada luar pelangi. cahaya Violet, dengan indeks bias tertinggi, adalah dibiaskan yang paling danterjadi pada bagian dalam pelangi.
D. Pengukuran indeks bias
Ada dua metode umum untuk mengukur indeks bias transparan senyawa:
(1) pengukuran langsung dari sudut refraksi sebagaimana ditemukan dalam Hukum Snell
(2) perbandingan yang tidak diketahui indeks bias bahan untuk yang dikenal.
Metode pertama adalah rutin digunakan untuk menentukan indeks bias cairan dan sampel padat yang lebih besar (Lebih besar dari 1 mm) dan telah dibahas di atas, dengan rincian di bawah ini, pada Surat aplikasi untuk sampel anisotropik. Sedangkan metode yang terakhir ini lebih biasanya digunakan untukmenentukan indeks bias sampel kecil (Kurang dari 1 mm). Metode perbandingan dikembangkanawal ini abad dan telah menjadi dikenal sebagai metode perendaman. Dalam hal ini metode sampel padat indeks bias diketahui ditempatkan dalam cairan indeks bias diketahui. Denganpengamatan mikroskopis, dijelaskan kemudian, cairan tersebut adalah "disesuaikan" sampaiindeks bias yang cocok dengan yang padat, sehingga menentukan indeks bias yang tidakdiketahui. Metode perendaman bekerja atas dasar pembiasan cahaya sinar sebagaimanadidefinisikan dalam UU Snell. Ketika indeks bias (nl) cair dan padat (n) adalah sama, tidak ada bias dari sinar cahaya, pada dasarnya membuat sampel tidakkelihatan (orang tak terlihat memiliki kemampuan untuk mengubah indeks bias nya dengan udara,sehingga menjadi tidak terlihat, tetapi bagaimana dia lihat?). Ketika ada perbedaan besar antara indeks bias sampel dan cair, cahaya dibiaskan saat memasukkan dan meninggalkan padat. Pembiasangelombang ini membuat sampel terlihat. Kata "bantuan" digunakan untuk semi-kuantitatifmenandakan perbedaan antara indeks bias padat dan bahwa dari cairan. Sampel pada ataudekat pertandingan yang memiliki relief rendah, sementara mereka jauh dari pertandingan memilikirelief tinggi. Ketika ns nl sampel memiliki reliefnegatif. mineral diamati dalam sayatan tipis . Mineral dalam sayatan tipis dengan indeks bias dalam+ / - 0,04 akan memiliki rendah positif / negatif. Mineral dengan indeks bias dalam kisaran + / -0,04-0,12 akan telah positif / negatif bantuan, sementara mereka dengan indeks bias di atas + / - 0,12akan memiliki tinggi positif / negatif. Metode garis Becke adalah teknik yang paling umumdigunakanuntuk menentukan pertandingan antara nl dan ns di metode perendaman. Kristal direndam dalam cairan antara slide kaca dan sebuah coverslip. Setelah memperoleh pandangan terfokuskristal di bawah mikroskop dalam polikromatik cahaya, mikroskop sedikit de-difokuskan oleh rakyang tahap ke bawah. Dua garis, satu terang dan gelap, muncul di sekitar gandum batas. Bergerakgaris cahaya Becke ke materi yang memiliki indeks bias lebih besar. Metode ganda-variasimerupakan perbaikan tersebut di atas teknik. Dengan itu, dan observasi hati-hati, indeks biasdapat diperoleh dengan akurasi dan presisi dari + / - 0.0001. The "ganda" berasal dari kontrolmicroscopist sudah berakhir kedua panjang gelombang cahaya dan temperatur dari cairan. indeks bias menurun dengan panjang gelombang. Dalammetode ini monochrometer yang digunakan dan pnjang gelombang yang tepat di mana garis Becke bisa menghilang ditemukan. Juga, indeks biasberkurang dengan meningkatnya suhu. Untuk bahan perubahan ini secara matematis ditulis sebagaidn / dt. Dn / dt untuk cairan adalah beberapa kali lipat lebih besar dari padatan. Dengan meningkatkan suhu suatu derajat celcius beberapa cairan, yang besar terjadi perubahan dalam indeksbias, sementara indeks bias dari kristal tidak signifikan berubah. Dengan membuat pertandinganbeberapa panjang gelombang yang berbeda suhu, ketepatan penentuan indeks bias meningkat. Ini adalah metode yang dipilih, ditambah dengan penggunaan poros tahap (dibahas dibawah), untuk mendapatkan data optik yang akurat dan tepat pada kristal tunggal.

Penasaran.....nih baca lanjutannya..

Daftar iklan