Subscribe to Wordpress Themes Demo

silahkan, like disini

   Vandy
mau sharing
Image by wandy utama
TUGAS GEOLOGI BATUAN KARBONAT LINGKUNGAN PENGENDAPAN LAUT DALAM

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


TUGAS GEOLOGI BATUAN KARBONAT
LINGKUNGAN PENGENDAPAN LAUT DALAM



Unhas gambar.png










OLEH
KELOMPOK 4:
ISWANDY UTAMA
ABDUL MANAF
FATRA MARCO
CHRISTOVER RARUK PAWA




MAKASSAR
2011

Daerah laut yang merupakan lingkungan pengendapan laut dalam
1. Lembah dasar laut (Continental Slope and rise)
            ‡Continental slope merupakan lembah yang menghubungkan continental crust dengan oceanic crust namun masih dianggap sebagai bagian dari continental crust, bermula dari continental break hingga mencapai oceanic basin sebagai continental rise.Ujung dari continental slope dengan topografi kembali landai menjelang oceanic basin tempat sedimen dari  turbidity currrent terendapkan disebut continental rise. Sedimentasi yang terus menerus pada continental rise dapat membentu submarin fan. Perpindahan material sedimen tersuspensi di bawah laut karena pengaruh gravitasi ini disebut turbidity current.
Ada enam faktor yang mempengaruhi proses sedimentasi pada lingkungan shelf (Reading, 1978), yaitu :
·         kecepatan dan tipe suplai sedimen
·         tipe dan intensitas dari hidrolika regime shelf
·         fluktuasi muka air laut
·         iklim
·         interaksi binatang – sedimen
·         faktor kimia
Pasir shelf modern sebagian besar (70%) adalah berupa relict sedimen, meskipun kadang-kadang daerah shelf ini menerima secara langsung suplai pasir dari luar daerah, seperti dari mulut sungai pada saat banjir dan dari pantai pada saat badai (Drake et al, 1972 dalam Reading, 1978). Endapan sedimen pada lingkungan shelf modern umumnya sangat didominasi oleh lumpur dan pasir, meskipun kadang-kadang dijumpai bongkah-bongkah relict pada beberapa daerah.

Ada empat tipe arus (current) yang mempengaruhi proses sedimentasi pada daerah shelf (Swift et al, 1971 dalam Boggs, 1995), yaitu :
·         Arus tidal
·         Arus karena badai (storm)
·         Pengaruh gangguan arus lautan
·         Arus density
Sehingga berdasarkan pada proses yang mendominasinya, lingkungan shelf ini secara dibagi menjadi dua tipe (Nichols, 1999), yaitu shelf didominasi tidal (tide dominated shelves) dan shelf didominasi badai (storm dominated shelves). Pada lingkungan shelf modern pada umumnya tidak ada yang didominasi oleh pengaruh arus density.
Shelf yang didominasi oleh arus tidal ditandai dengan kehadiran tidal dengan kecepatan berkisar dari 50 sampai 150 cm/det (Boggs, 1995). Sedangkan Reading (1978) mengungkapkan bahwa beberapa shelf modern mempunyai ketinggian tidal antara 3 – 4m dengan maksimum kecepatan permukaan arusnya antara 60 sampai >100 cm/det. Endapan yang khas yang dihasilkan pada daerah dominasi pasang surut ini adalah endapan-endapan reworking in situ berupa linear ridge batupasir (sand ribbons), sand waves (dunes), sand patches dan mud zones. Orientasi dari sand ridges tersebut umumnya paralel dengan arah arus tidal dengan kemiringan pada daerah muka sekitar 50. Umumnya batupasir pada shelf tide ini ditandai dengan kehadiran cross bedding baik berupa small-scale cross bedding ataupun ripple cross bedding. Shelf yang didominasi storm dicirikan dengan kecepatan tidal yang rendah (<25 m/det). Pada daerah ini biasanya sangat sedikit terjadi pengendapan sedimen berbutir kasar, kecuali pada saat terjadi badai yang intensif. Kondisi storm dapat mempengaruhi sedimentasi pada kedalaman 20 – 50 m. pada saat terjadi badai, daerah shelf ini menjadi area pengendapan lumpur dari suspensi. Material klastik berbutir halus dibawa menuju daerah ini dari mulut sungai dalam kondisi suspensi oleh geostrphik dan arus yang disebabkan angin (Nichols, 1999). Storm juga dapat mengakibatkan perubahan (rework) pada dasar endapan sedimen yang telah diendapkan terlebih dahulu. Pada suksesi daerah laut dangkal dengan pengaruh storm akan dicirikan dengan simetrikal (wave) laminasi bergelombang (ripple), hummocky dan stratifikasi horisontal yang kadang-kadang tidak jelas terlihat karena prose bioturbasi.
Lereng benua (continental slope) dan continental rise merupakan perpanjangan dari shelf break. Kedalaman lereng benua bermula dari shelf break dengan kedalaman rata-rata 130 m sampai dengan 1500-4000 m. Kemiringan pada lereng benua ini sekitar 40, walaupun ada variasi pada lingkungan delta (20) dan pada lingkungan koral (450) (Boggs, 1995). Sedangkan kemiringan pada continental rise biasanya lebih kecil dibandingkan kemiringan pada lereng benua. Karena lerengnya yang cukup curam dibandingkan paparan, pada lereng benua ini sering merupakan daerah dari pergerakan arus turbidit. Continental rise biasanya tidak akan ada pada daerah convergen atau aktif margin dimana subduksi berlangsung. Morfologi pada lereng benua ini sering menunjukan bentuk cembung, kecuali pada daerah-daerah yang yang mempunyai stuktur sangat aktif. Volume endapan sedimen yang dapat mencapai lereng benua dan continental rise ini akan sangat bergantung pada lebarnya shelf dan jumlah sedimen yang ada.
Continental rise dan cekungan laut dalam membentuk sekitar 80% dari total dasar laut. Bagian lebih dalam dari continental slope dibagi menjadi dua fisiografi, yaitu :
1.      Lantai Samudra (ocean floor), yang dikarakteristikan dengan kehadiran dataran abisal, perbukitan abisal (< 1 km) dan gunungapi laut (> 1 km)
2.      Oceanic Ridges
Dataran abisal merupakan daerah yang relatif sangat datar, kadang-kadang menjadi sedikit bergelombang karena adanya seamount. Beberapa dataran abisal juga kadang-kadang terpotong oleh channel-channel laut dalam. Pada pusat cekungan laut dalam biasanya terendapkan sedimen dari material pelagik. Mid-oceanic ridges memanjang sejauh 60.000 km dan menutupi sekitar 30 – 35% dari luas lautan.
2. Dasar samudra (oceanic basins atau abyssal plain)
Abysal plain/oceanic basin adalah permukaan dari oceanic crust yang datar akibat deposisi sedimen yang terus- menerus menutupi relief dasar laut. Terbentuk biogenic sedimentary structures seperti trail, burrow, boring akibat aktivitas organisme benthic (organisme yang hidup di dasar laut).
Transport Laut Dalam
Aliran turbidit merupakan salah satu jenis aliran yang sangat banyak dilakukan kajian oleh para peneliti. Aliran turbidit pada prinsipnya dapat terjadi pada berbagai macam lingkungan pengendapan, tetapi aliran turbidit lebih sering ditemukan pada lingkungan laut dalam. Pada lingkungan laut dalam sebenarnya terdapat beberapa proses transpor yang dapat terjadi (Boggs, 1995), yaitu :
1.      Transport suspensi dekat permukaan oleh air dan angin
2.      Transport nepheloid-layer
3.      Transport arus tidal pada submarine canyon
4.      Aliran sedimen gravitasi
5.      Transpor oleh arus geostrophic contour
6.      Transport oleh floating ice
Transport oleh aliran gravitasi adalah transpor yang mendominasi dan banyak dijadikan kajian sejak beberapa tahun kebelakang. Sedimen dengan aliran gravitasi merupakan material-material yang bergerak di bawah pengaruh gravitasi. Aliran gravitasi ini secara prinsip terbagi menjadi empat tipe dengan karakteristik endapannya masing-masing.Keempat tipe tersebut adalah :
1.      Aliran arus turbidit
2.      Aliran sedimen liquefied
3.      Aliran butiran (Grain Flow)
4.      Aliran Debris (Debris Flow)
Kuenen dan Migliori (1950) dalam Allen (1978) memvisualisasikan aliran turbidit sebagai aliran suspensi pasir dan lumpur dengan densitas yang tinggi serta gravitasi mencapai 1,5 – 2,0. Ketika aliran melambat dan cairan turbulence berkurang, maka aliran turbidit akan kelebihan beban, dan diendapkanlah butiran-butiran kasar. Beberapa percobaan menunjukan bahwa aliran turbidit secara umum terbagi menjadi empat bagian, yaitu kepala, leher, tubuh dan ekor. Pengendapan dengan aliran turbidit merupakan suatu proses yang sangat cepat, sehingga tidak terjadi pemilahan dari butiran secara baik, kecuali pada grading yang normal pada sekuen Bouma (Nichols, 1999). Pasir yang terendapkan oleh aliran turbidit umumnya lebih banyak berukuran lempung, mereka sering diklasifikasikan sebagai wackes dalam klasifikasi Pettijohn.

Kipas Laut Dalam
Ngarai (canyons) pada shelf merupakan tempat masuknya aliran air dan sedimen ke dalam laut dalam (Gambar VII. 37). Hal ini dapat dianalogikan dengan pembentukan alluvial fan. Pada setting laut dalam, morfologi kipas juga dapat terbentuk, menyebar dari ngarai-ngarai dan membentuk menyerupai kerucut (cone) pada lantai samudera. Morfologi tersebut terkenal dengan sebutan kipas bawah laut (submarine fans). Ukuran dari kipas bawah laut ini sangat bervariasi, terbentang mulai dari beberapa kilometer sampai 2000 km (Stow, 1985).
Proses sedimentasi yang terjadi pada kipas bawah laut ini umumnya didominasi oleh sistem aliran turbidit yang membawa material-material dari shelf melalui ngarai-ngarai. Proses sedimentasi ini membentuk trend yang sangat umum, dimana material yang kasar akan terendapkan dekat dengan sumber dan material yang halus akan terendapkan pada bagian distal dari kipas. Kipas bawah laut modern dan turbidit purba terbagi ke dalam tiga bagian, proximal (upper fan), medial (mid fan) dan distal (lower fan).
Upper fan berada pada kedalaman beberapa meter sampai puluhan meter dengan lebar bisa mencapai ratusan meter. Kecepatan aliran yang sangat cepat pada daerah ini menyebabkan endapan yang terbentuk berupa endapan tipis, tanpa struktur sedimen atau perlapisan batuan yang kasar (Nichols, 1999). Jika didasarkan pada sekuen endapan turbidit dari Bouma, maka pada daerah ini banyak ditemukan endapan dengan tipe sekuen “a”, sedangkan pada overbank upper fan dan channel sering ditemukan sekuen Bouma bagian atas (Tcde atau Tde). Pada daerah mid fan, aliran turbidit menyebar dari bgian atas kipas (upper fan). Pada daerah ini endapan turbidit membentuk lobe (cuping) yang menutupi hampir seluruh daerah ini. Unit stratigrafi yang terbentuk pada mid fan lobe ini, idealnya berupa sekuen mengkasar ke atas (coarsening-up) serta adanya unit-unit channel. Pada mid fan lobe ini sering ditemukan sekuen boma secara lengkap “ Ta-e dan Tb-e”. Kadang-kadang aliran turbidit yang mengalir dari upper fan dan melintasi mid fan dapat pula mencapai daerah lower fan. Daerah lower fan merupakan daerah terluar dari kipas bawah laut, dimana material yang diendapkan pada daerah ini umumnya berupa pasir halus, lanau dan lempung. Lapisan tipis dari aliran turbidit ini akan membentuk divisi Tcde dan Tde. Hemipelagic sedimen akan bertambah pada daerah ini seiring dengan menurunnya proporsi endapan turbidit (Nichols, 1999).


Lingkungan laut dalam merupakan daerah yang dimulai dari lingkungan shelf pada zona break, secara topografi ditandai dengan kemiringan yang curam dibandingkan dengan shelf. Secara fisiografi, lingkungan laut dalam ini dibagi menjadi 3 lingkungan pengendapan yaitu, lereng benua (continental slope), tinggian benua (continental rise) dan cekungan laut dalam.
Selain ketiga lingkungan pengendapan tersebut di atas, lingkungan laut dalam juga ditemukan submarine canyons pada shelf edge yang umumnya berhubungan dengan endapan delta.
Dalam buku AAPG Memoir 33 (1983) lingkungan pengendapan laut dalam dibagi menjadi menjadi 2 kelompok  yaitu lingkungan tepian cekungan (basin margin environment, Gambar 4.10) dan lingkungan pelagik (pelagic environment, Gambar 4.11). Cook & Mullins (1983) menyatakan bahwa lingkungan pengendapan tepi cekungan juga dikenal sebagai lingkungan lereng laut dalam (deep-water slope environment). Walaupun terdapat perbedaan antara basin (cekungan) dengan lereng (slope), namun dalam diskusi buku ini dianggap sama untuk memudahkan pengertian bagi para pemula dan mahasiswa. Enos & Moore (1993) menjelaskan bahwa beberapa lingkungan carbonate slope dapat berubah menjadi basin floor dan tidak lagi memperlihatkan perbedaan topografi dengan basin environment. Kedua tipe lingkungan tersebut merupakan tempat terakumulasinya sedimen halus dari lingkungan pelagic dan hemipelagic.





Gambar 1.Lingkungan pengendapan tepian cekungan (basin margin environment). Sumber  Cook & Mullins (1983).
Pada lingkungan pelagic, sedimen yang terbentuk utamanya berasal dari biogenik, seperti a). calcareous ooze (e.g., foraminifera) yang terbentuk di atas calcite compensation depth (CCD) atau di atas kedalaman ~ 4000 m; b). siliceous ooze (e.g., radiolarians, diatoms) yang terbentuk antara CCD dan kedalaman ~6000 m (dimana  silika mengalami pelarutan). Pada kedalaman tersebut siliceous ooze terakumulasi dan akhirnya membentuk chert. Sedimen yang terbentuk pada lingkungan hemipelagic terdiri atas sedimen-sedimen berukuran halus yang terendapakan secara suspensi.
Proses pengendapan di air, terbentuknya berupa timbunan di laut dan akan berakhir di air hangat. Namun pada kenyataan yang sering dijumpai, beberapa dikarenakan oleh aliran sungai. Ini juga termasuk timbunan di danau dan delta. Keseluruhan proses pengendapan hingga saat ini dapat diamati dalam berbagai bentuk walaupun ada beberapa aspek pengendapan yang tidak sempurna. Kemungkinan ini digunakan untuk mengklasifikasikan cara utama dimana material mengendap karena perpindahan air.
Wilayah atau kedalaman dimana mineral aragonit mulai melarut pada kedalaman sekitar 600 meter disebut lysocline dan pada kedalaman sekitar 2000 meter merupakan zona dimana aragonit tidak terbentuk lagi atau dikenal sebagai Aragonite Compensation Depth (ACD). Sedangkan mineral kalsit mulai melarut pada kedalaman sekitar 3000 meter dan pada kedalaman sekitar 4200 meter tidak ditemukan lagi mineral karbonat atau disebut Calcite Compensation depth (CCD)

Penasaran.....nih baca lanjutannya..
Lingkungan Laut Dangkal

Tipe Endapan Karbonat pada Laut Dangkal
Fasies karbonat ramp merupakan suatu tubuh karbonat yang sangat besar yang dibangun pada daerah yang positif hingga ke daerah paleoslope, mempunyai kemiringan yang tidak signifikan, serta penyebaran yang luas dan sama. Pada fasies ini energi transportasi yang besar dan dibatasi dengan pantai atau inter tidal
Sedangkan Fasies karbonat platform merupakan suatu tubuh fasies karbonat yang sangat besar dmana pada bagian atas lebih kurang horisontal dan berbatasan langsung dengan shelf margin. Sedimen sedimen terbentuk dengan energi yang tinggi.


Fasies fasies tersebut sangat dipengaruhi oleh mekanisme pengendapan antara lain;
1. Progradasi pada Tidal Flat
2. Progradasi pada tepi paparan
3. Akresi vertikal pada endapan karbonat “sub tidal”
4. Migrasi dari sand bodies karbonat
5. proses pengendapan kembali
Fasies shelf lokasi pengendapan karbonat relatif sempit *ratusan meter sampai beberapa km saja). Endapan karbonat pada daerah ini dicirikan dengan adanya break slope pada daerah tepi paparan, terdapatnya terumbu dan sand body karbonat. Kompleks terumbu pada fasies ini terbagi menjadi : Fasies terumbu muka (FOre reef), inti terumbu (reef core) dan terumbu belakang (back reef)
MODEL TERUMBU KARBONAT
Model Fasies terumbu, fasies ini dibagi menjadi ;
a. Fasies Terumbu Belakang (back reef)
Fasies ini terdiri dari perselingan antara batugamping dan dolomit, red beds, endapan evaporit, pasir serpih dsb
b. Fasies Terumbu inti (reff front)
Fasies ini mempunyai terumbu yang masif dan berongga, dengan dolomit dan batugamping yang lapuk berwarna merah kelabu sampai putih dan sering terdapat indikasi adanya hidrokarbon.
c. Fasies terumbu muka (fore reef)
Fasies ini terdiri dari perselingan antara batugamping dan pasir, warna cokelat, mengandung minyak bumi
d. Fasies Cekungan
Fasies cekungan dicirikan dengan endapan yang berbutir halus, tebal, berwarna hitam, bituminaus, dengan batugamping dan serpih yang keras dan padat.
LINGKUNGAN PENGENDAPAN TRANSISI
1.      FASIES DELTA
Delta merupakan garis pantai yang menjorok ke laut, terbentuk oleh adanya sedimentasi sungai yang memasuki laut, danau atau laguna dan pasokan sedimen lebih besar daripada kemampuan pendistribusian kembali oleh proses yang ada pada cekungan pengendapan (Elliot, 1986 dalam Allen, 1997).
Menurut Boggs (1987), delta diartikan sebagai suatu endapan yang terbentuk oleh proses sedimentasi fluvial yang memasuki tubuh air yang tenang. Dataran delta menunjukkan daerah di belakang garis pantai dan dataran delta bagian atas didominasi oleh proses sungai dan dapat dibedakan dengan dataran delta bagian bawah didominasi oleh pengaruh laut, terutama penggenangan tidal. Delta terbentuk karena adanya suplai material sedimentasi dari sistem fluvial.
Ketika sungai-sungai pada sistem fluvial tersebut bertemu dengan laut, perubahan arah arus yang menyebabkan penyebaran air sungai dan akumulasi pengendapan yang cepat terhadap material sedimen dari sungai mengakibatkan terbentuknya delta. Bersamaan dengan pembentukan delta tersebut, terbentuk pula morfologi delta yang khas dan dapat dikenali pada setiap sistem yang ada. Morfologi delta secara umum terdiri dari tiga, yaitu : delta plain, delta front dan prodelta.
1.1  Delta Plain
Delta plain merupakan bagian delta yang bersifat subaerial yang terdiri dari channel yang sudah ditinggalkan. Delta plain merupakan baigan daratan dari delta dan terdiri atas endapan sungai yang lebih dominan daripada endapan laut dan membentuk suatu daratan rawa-rawa yang didominasi oleh material sedimen berbutir halus, seperti serpih organik dan batubara.Pada kondisi iklim yang cenderung kering (semi-arid),sedimen yang terbentuk didominasi oleh lempung dan evaporit. Daratan delta plain tersebut digerus oleh channel pensuplai material sedimen yang disebut fluvial distributaries dan membentuk suatu percabangan. Gerusan-gerusan tersebut biasanya mencapai kedalaman 5-10 meter dan menggerus sampai pada sedimen delta front. Sedimen pada channel tersebut disebut sandy channel dan membentuk distributary channel yang dicirikan oleh batupasir lempungan. Sublingkungan delta plain dibagi menjadi :
1.1.1        Upper Delta Plain
Pada bagian ini terletak diatas area tidal atau laut dan endapannya secara umum terdiri dari :
· Endapan distributary channel
Endapan distributary channel terdiri dari endapan braided dan meandering, levee dan endapan point bar. Endapan distributary channel ditandai dengan adanya bidang erosi pada bagian dasar urutan fasies dan menunjukkan kecenderungan menghalus ke atas. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai adalah cross bedding, ripple cross stratification, scour and fill dan lensa-lensa lempung. Endapan point bar terbentuk apabila terputus dari channel-ya. Sedangkan levee alami berasosiasi dengan distributary channel sebagai tanggul alam yang memisahkan dengan interdistributary channel. Sedimen pada bagian ini berupa  pasir halus dan rombakan material organik serta lempung yang terbentuk sebagai hasil luapan material selama terjadi banjir.
· Lacustrine delta fill dan endapan interdistributary flood plain
Endapan interdistributary channel merupakan endapan yang terdapat diantara distributary channel. Lingkungan ini mempunyai kecepatan arus paling kecil, dangkal, tidak berelief dan proses akumulasi sedimen lambat. Pada interdistributary channel dan flood plain area terbentuk suatu endapan yang berukuran lanau sampai lempung yang sangat dominan. Struktur sedimennya adalah laminasi yang sejajar dan burrowing structure endapan pasir yang bersifat lokal, tipis dan kadang hadir sebagai pengaruh gelombang .
1.1.2        Lower Delta Plain
Lower delta plain terletak pada daerah dimana terjadi interaksi antara sungai dengan laut, yaitu dari low tidemark sampai batas kehadiran yang dipengaruhi pasang-surut. Pada lingkungan ini endapannya meliputi endapan pengisi teluk (bay fill deposit) meliputi interdistributary bay, tanggul alam, rawa dan crevasse slay, serta endapan pengisi distributary yang ditinggalkan.
1.2  Delta Front
Delta front merupakan sublingkungan dengan energi yang tinggi dan sedimen secara tetap dipengaruhi oleh adanya proses pasang-surut, arus laut sepanjang pantai dan aksi gelombang. Delta front terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan akumulasi sedimennya berasal dari distributary channel. Batupasir yang diendapkan dari distributary channel tersebut membentuk endapan bar yang berdekatan dengan teluk atau mulut distributary channel tersebut. Pada penampang stratigrafi, endapan bar tersebut memperlihatkan distribusi butiran mengkasar ke atas dalam skala yang besar dan menunjukkan perubahan fasies secara vertikal ke atas, mulai dari endapan lepas pantai atau prodelta yang berukuran butir halus ke fasies garis pantai yang didominasi batupasir. Endapan tersebut dapat menjadi reservoir hidrokarbon yang baik. Diantara bar pada mulut distributary channel akan terakumulasi lempung lanauan atau lempung pasiran dan bergradasi menjadi lempung ke arah laut.
1.3  Prodelta
Prodelta merupakan sublingkungan transisi antara delta front dan endapan normal marine shelf yang berada di luar delta front. Prodelta merupakan kelanjutan delta front ke arah laut dengan perubahan litologi dari batupasir bar ke endapan batulempung dan selalu ditandai oleh zona lempungan tanpa pasir. Daerah ini merupakan bagian distal dari delta, dimana hanya terdiri dari akumulasi lanau dan lempung dan biasanya sendiri serta fasies mengkasar ke atas memperlihatkan transisi dari lempungan prodelta ke fasies yang lebih batupasir dari delta front.
Litologi dari prodelta ini banyak ditemukan bioturbasi yang merupakan karakteristik endapan laut. Struktur sedimen bioturbasi bermacam-macam sesuai dengan ukuran sedimen dan kecepatan sedimennya. Struktur deformasi sedimen dapat dijumpai pada lingkungan ini, sedangkan struktur sedimen akibat aktivitas gelombang jarang dijumpai. Prodelta ini kadang-kadang sulit dibedakan dengan endapan paparan (shelf), tetapi pada prodelta ini sedimennya lebih tipis dan memperlihatkan pengaruh proses endapan laut yang tegas.
2.      FASIES TIDAL FLAT
Dataran pasang surut (tidal flat) luasnya dapat mencapai beberapa kilometer dan terbentuk disekitar laguna, belakang barrier, pada estuarin dan delta yang didominasi oleh pasang surut (tidal). Ciri struktur sedimen dari pertengahan sampai bagian atas tidal flat merupakan variasi jenis dari ripple lamination yang umumnya memperlihatkan pola interferensi, yaitu kenaikan dari flaser, wavy dan lenticular bedding. Meandering tidal creeks memotong tidal flat dan perpindahan lateralnya menghasilkan set pada laminasi pasir dan struktur channel. Umumnya terdapat burrow dan grazing trace fossil. Progradasi sedimen tidal flat biasanya membentuk sikuen yang menghalus ke arah atas, ditutupi oleh tanah atau lapisan evaporasi sabkha, dengan ketebalan ditunjukkan oleh jarak pasang surut purba (paleotidal).
3.      FASIES ESTUARIN
Estuarin menutupi lembah sungai (incised valley) hasil dari penarikan muka air laut yang cepat pada kala Holosen. Tubuh pasir estuarin berlokasi dan berbatasan dengan saluran utama (main channel) dan terdiri dari sedimen yang dibawa ke bawah oleh sungai dan disuplai dari batas marine shelf, mud flat dan rawa yang juga terbentuk pada estuarin. Tubuh batupasir marin pada estuarin didominasi oleh gelombang yang juga merupakan gabungan yang terdiri dari beberapa fasies yang berlainan. Pada fase tansgresif, beberapa atau semua kompleks bar tererosi di sepanjang perulangan muka pantai (shoreface) dan ditutupi oleh permukaan ravinement. Lingkungan pengendapan tersebut berhubungan sampai estuary mouth dan central basin area. Tubuh pasir marin mungkin terlindungi lebih atau kurang lengkap pada saat progradasi dengan sedimen muka pantai dan pantai melalui endapan washover, flat tidal dan tidal inlet. Pada profil vertikal, secara ideal endapan cekungan berbutir halus memperlihatkan butiran yang simetris. Endapan yang halus terlihat pada tengah cekungan. Pada estuarin, proses yang dominan adalah pasang-surut, tubuh pasir seperti erosional truncation atau completely removed oleh migrasi headward dari saluran pasang-surut (tidal channel) terpisah dari pasir bar (sand bar). Erosi oleh saluran sepanjang transgresi juga menyebabkan silang siur atau laminasi sejajar dari sand bar. Pola urutan pengendapan dari fasies sebagai hasil dari transgresi ini akan menunjukkan kecenderungan menghalus ke atas.
4.      FACIES LAGOON
Lagoon merupakan daerah dimana pada saat air pasang tergenang air laut dan pada saat air surut ada air yang tetinggal di situ yang bisa bercampur dengan air hujan/air sungai. Dengan demikian kadar garam lagoon adalah payau(branchish lagoon). Biasanya pada air payau yang stagment(berhenti sirkulasi) adalah anaerob (tanpa o2), akibat pada tempat ini terjadi pembusukan material disebabkan oleh bakteri anaerob.
Ciri-ciri lagoon adalah:
· Struktur bioturbasi dan burrow dominan horizontal
· Batuan dengan ukuran butir lanau sampai lempung atau batupasir halus.
· Adanya endapan batubara
· Kaya akan sisa-sisa tumbuhan
· Shale atau lanau memperlihatkan struktur placer
· Batulempung atau lanau berwarna gelap kemungkina mengandung material  organic.
5.      FACIES BARRIER
Barrier merupakan penghalang yang letaknya didepan pantai dan berhubungan langsung dengan air laut. Ciri-ciri adlah sebagai berikut:
· Batu pasir ukuran butir halus sampai sangat halus
· Struktur parallel laminasi
· Sering dijumpai cross bedding
· Bioturbasi dominan vertical

Penasaran.....nih baca lanjutannya..
Tugas Geologi Sejarah

1.    Jelaskan sejarah perkembangan bumi berdasarkan skala waktu geologi disertai tempat terbentuknya ?

1. Zaman Proterozoikum (2,5 milyar - 290 juta tahun lalu)
Zaman Proterozoikum bisa diartikan sebagai masa kehidupan awal merupakan awal terbentuknya hidrosfer dan atmosfer. Pada zaman ini kehidupan mulai berkembang dari organisme bersel tunggal menjadi bersel banyak (enkaryotes dan prokaryotes). Bahkan pada menjelang masa akhir zaman ini telah telah berkembang organisme lebih kompleks, jenis invertebrata bertubuh lunak seperti ubur-ubur, cacing dan koral mulai muncul di laut-laut dangkal, yang bukti-buktinya dijumpai sebagai fosil sejati pertama.
Keterdapatan batuan Prakambrium nampak di muka bumi di beberapa daerah yang sangat terbatas. Ada 2 hal yang mnyebabkan batuan batuan itu nampak di muka bumi. Yang pertama ialah karena batuan itu semenjak terbentuk tidak pernah tertutup lagi oleh batuan sedimen yang lebih muda. Atau dapat dikatakan bahwa yang tampak disana ialah batuan yang hampir rata (peneplain).
·         Grand Canyon adalah salah satu tempat dimana terdapatnya batuan prakambrium yang sangat banyak. Di daerah Arizona di sungai Kolorado, sungai yang masih muda, lapisan tebal yang telah diendapkan mendatar sehingga dapat dilihat bagian atas stratigrafi dengan jelas. Lapisan yang teratas termasuk Mesozoikum, yang terbawah termasuk Paleozoikum dan bagian yang terdalam lagi adalah lapisan Prakambrium .
·         Perisai Kanada
·         Perisai Fennoskandia atau Baltik
·         Perisai Australia.
Di Australia Prakambrium terdapat di bagian tengah dan bagian barat . disini dapat kita bedakan tiga buah daur dengan bidang diskordannya.
Prakambrium bawah dan Prakambrium tengah , keduanya terdiri atas batuan yang sangat terubah oleh metamorfosis. Prakambrium tengah hanya dikenal karena adanya konglomerat alas dengan unsur yang berasal dari Prakambrium Bawah.
Prakambrium atas sangat berbeda dengan lapisan tersebut. Sedimen sedimennya tak terubah oleh metamorfisme dan beberapa tempat hanya sedikit berbeda dengan lapisan kambrium. Suatu keanehan yang lain ialah. Prakambrium atas mempunyai ketebalan 4000 m di New South Wales.

2. Zaman Kambrium (590-500 juta tahun lalu)
Kambrium berasal dari kata “Cambria” nama latin untuk daerah Wales, dimana batuan berumur kambrium pertama kali ditemukan dan dipelajari. Pada zaman ini sudah banyak bermunculan hewan invertebrata yang hidup di lautan. Hewan-hewan zaman ini juga sudah mempunyai kerangka luar dan cangkang sebagai pelindung. Beberapa jenis fosil yang telah ditemukan adalah, Alga, Cacing, Sepon, Koral, Moluska, Ekinodermata, Brakiopoda dan Artropoda (Trilobit)
Sebuah daratan yang disebut Gondwana (benua kuna) merupakan cikal bakal Antartika, Afrika, India, Australia, sebagian Asia dan Amerika Selatan. Sedangkan Eropa, Amerika Utara, dan Tanah Hijau masih berupa benua-benua kecil yang terpisah.
Keterdapatan batuan Kambrium antara lain
·         Geosinklin di Eropa
Geosinklin membentang di daerah yang kini bercirikan rangkaian pegunungan . Geosinklin Kaledonia membentang dari laut Es Utara sepanjang Norwegia, Pulau Hebrida, Skotlandia dan Wales. Melalui Bretagne dan Normandia, geosinklin ini bersambung dengan geosinklin mediterania yang mendahului geosinklin tehtys. Geosinklin mediterania membentang dari Prancis tengah, jerman tengah hingga silesia.
·         Geosinklin di Asia dan Australia
Perisai Fennoskandia – Rusia dibatasi oleh geosinklin Ural yang terbentang dari geosinklin mediterania ke utara.
Di India di daerah Punjab terdapat Kambrium terdapat lapisan Kambriun yang sangat terlpatkan dan tersesarkan menjadi lipatan menutup.
·         Geosinklin di belahan bumu barat
Sepanjang timur Amerika Utara dan Kanada terbentang geosinklin Appalachia yang terpisahkan oleh sebuah lengkunga pulau dari samudera Atlantik.
Sepanjang tepi barat Amerika Utara membentang geosinklin pegunungan Rocky.

3. Zaman Ordovisium (500 - 440 juta tahun lalu)
Ciri kehidupan yang muncul pada Zaman Ordovisium ikan tanpa rahang (hewan bertulang belakang paling tua) dan beberapa hewan bertulang belakang yang muncul pertama kali seperti Tetrakoral, Graptolit, Ekinoid (Landak Laut), Asteroid (Bintang Laut), Krinoid (Lili Laut) dan Bryozona.
Meluapnya Samudra dari Zaman Es merupakan bagian peristiwa dari zaman ini. Gondwana dan benua-benua lainnya mulai menutup celah samudera yang berada di antaranya.

4. Zaman Silur (440 - 410 juta tahun lalu)
Zaman silur merupakan masa transisi kemunculan kehidupan dari air ke darat. Tumbuhan darat yang pertama kali muncul terutama adalah Pteridofita (tumbuhan paku), sedangkan Kalajengking raksasa (Eurypterid) hidup berburu di dalam laut. Ikan berahang mulai muncul pada zaman ini dan banyak ikan mempunyai perisai tulang sebagai pelindung. Selama zaman Silur, deretan pegunungan mulai terbentuk melintasi Skandinavia, Skotlandia dan Pantai Amerika Utara
Keterdapatan batuan Silur
·         Geosinklin di Amerika Utara
Diatas perisai Kanada terdapat sebuahgenag laut yang sangat besar, 4 buah pulau menjulang dari lautan, antara lain kubah Ozark, tanah tinggi Wisconsin, kubah Adirondack dan lengkungan Cincinati.
·         Air terjun Niagara
Air terjun niagara terjadi pada endapan silur . disini dapat kita amati perkembangan epikontinen yang sangat baik selama silur atas. Pada alasnya dapat kita temukan endapan klastika halus dari silur bawah.
·         Tiongkok
Di tiongkok kambrium berakhir dengan suatu lipatan yang belum diketahui dengan jelas. Silur bawah dimulai dengan suatu genang laut , sedangkan geosinklin paleokatasia terisi dengan lapisan sedimen yang tebal.
Ordovisum bawah terdiri dari batugamping cryptozoa yang tebal. Batugamping itu disertai dengan konglomerat yang letaknya diskordan di atas kambrium.
·         Australia
Di Australia pengendapannya dapat ditemukan di geosinklin Tasman.

5. Zaman Devon (410-360 juta tahun lalu)
Zaman Devon merupakan zaman perkembangan besar-besaran jenis ikan dan tumbuhan darat. Ikan berahang dan ikan hiu semakin aktif sebagai pemangsa di dalam lautan. Pada zaman ini transisi kehidupan hewan-hewan yang berpindah dari lautan ke ke daratan masih terus berlanjut, sementara hewan Amfibi berkembang dan beranjak menuju daratan. Disamping itu tumbuhan darat semakin berkembang dengan pesatnya dan hewan serangga muncul untuk pertama kalinya. Sementara itu samudera menyempit sementara, sedangkan benua Gondwana menutupi Eropa, Amerika Utara dan Tanah Hijau.
Keterdapatan batuan Devon
·         Daerah Andenna, Belgia
Meskipun jaman devon dinamakan berdasarkan lappisan yang terdapat dii Devonshire (Inggris) , namun perkembangan yang lebih bagus terdapat di daerah Andenna dan perbukitan Eiffel.
·         Amerika Utara
Di Amerika Utara, geosinklin Apalachia dan Cordirella tetap tidak berubah selama awal jaman Devon yang diendapkan terutama ialah gamping yang mengandung banyak fosil. Tetapi pada akhir devon bawah terjadi suatu pembentukan pegunungan yang penting di bagian timur.



Penasaran.....nih baca lanjutannya..
Definisi Air Tanah


KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


 TUGAS
GEOHIDROLOGI





       OLEH
       ISWANDY UTAMA





      MAKASSAR
     2011
Terjadinya Air Tanah
·      Definisi Air Tanah
Air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi. Kedalaman air tanah tidak sama ada setiap tempat tergantung pada tebal-tipisnya lapisan permukaan di atasnya dan kedudukan lapian air tanah tersebut. Permukaan yang merupakan bagian atas dari tubuh air disebut permukaan preatik. Volume air yang meresap ke dalam tanah tergantung pada jenis lapisan batuannya. Terdapat dua jenis lapisan dalam tanah yaitu lapisan kedap air (impermeable) dan lapisan tak kedap air (permeable).

Air tanah atau air bawah permukaan adalah batasan yang digunakan untuk menggambarkan semua air yang ditemukan di bawah permukaan tanah. Keberadaan air tanah dikontrol oleh sejarah dan kondisi geologi, deliniasi dan kondisi batas tanah dan formasi batuan di suatu wilayah dimana air mengalami perkolasi. Faktor lain yang berpengaruh adalah aktivitas dan iklim lingkungan sekitarnya, baik secara alami maupun dipengaruhi oleh manusia. Jika airtanah tersebut secara ekonomi dapat dikembangkan dan jumlahnya mencukupi untuk keperluan manusia, maka formasi atau keadaan tersebut dinamakan lapisan pembawa air atau akuifer baik berupa formasi tanah, batuan atau keduanya.


·      Jenis formasi batuan yang mempengaruhi air tanah
1.      Aquifer (Akuifer) adalah formasi geologi atau grup formasi yang mengandung air dan secara signifikan mampu mengalirkan air melalui kondisi alaminya. Batasan lain yang digunakan adalah reservior air tanah, lapisan pembawa air. Todd (1955) menyatakan bahwa akuifer berasal dari Bahasa Latin yaitu aqui dari aqua yang berarti air dan ferre yang berarti membawa, jadi akuifer adalah lapisan pembawa air.
2.      Aquiclude adalah formasi geologi yang mungkin mengandung air, tetapi dalam kondisi alami tidak mampu mengalirkannya, misalnya lapisan lempung. Untuk keperluan praktis, aquiclude dipandang sebagai lapisan kedap air.
3.      Aquitard adalah formasi geologi yang semikedap, mampu mengalirkan air tetapi dengan laju yang sangat lambat jika dibandingkan dengan akuifer. Meskipun demikian dalam daerah yang sangat luas, mungkin mampu membawa sejumlah besar air antara akuifer yang satu dengan lainnya. Aquiclude ini juga dikenal dengan nama formasi semi kedap atau leaky aquifer.
4.      Aquifuge merupakan formasi kedap yang tidak mengandung dan tidak mampu mengalirkan air.

·      Porositas
Kadar pori lapisan kedap sangat kecil sehingga kemampuan untuk meneruskan air juga kecil. Kadar pori adalah jumlah ruang di celah butir-butir tanah yang dinyatakan dalam bilangan persen. Sedangkan pori kadar lapisan tak kedap air cukup besar. Oleh karena itu kemampuan untuk meneruskan air juga besar. Air hujan yang jatuh di daerah ini akan terus meresap ke bawah sampai berhenti di suatu tempat setelah tertahan oleh lapisan yang kedap. Contoh lapisan tembus air ialah pasir, padas, kerikil dan kapur. Lapisan-lapisan ini merupakan tempat-tempat persediaan air yang baik karena merupakan tempat berkupulnya air sehingga pada-lapisan-lapisan tersebut terbentuk tubuh air.
Selain lapisan kedap dan lapisan tak kedap juga terdapat lapisan peralihan yang merupakan variasi dari kedua jenis lapisan tersebut. Tekanan air yang timbul dari air tanah tak bebas tergantung pada perbedaan tinggi antara suatu tempat dengan daerah tangkapan hujannya. Pada daerah yang letak air tanahnya lebih rendah dari permukaan air tanahpada daerah tangkapan hujannya, ir akan memancar keluar dari sumur yang di bor atau biasa disebut sumur artesis. Air artesis ini biasanya sangat penting bagi daerah yang kondisi tanahnya kering, air artesis ini dapat memberikan air sebanyak 8.000.000 m3 per hari.

·      Tekstur Tanah
1.      Deposit sedimen seragam dengan porositas tinggi
2.      Deposit sedimen tak seragam dg porositas rendah
3.      Deposit sedimen seragam dari batuan yang porus shg secara keseluruhan porositasnya tinggi
4.      Deposit sedimen seragam yang porositasnya berkurang karena adanya endapan mineral
5.      Batuan porous karena pengikisan
6.      Batuan porous karena retakan

                                

·      Zona Aerasi
1.    Zona air tanaman. Air di zona ini berada dalam keadaan tidak jenuh, kecuali pada saat air berlebih di muka tanah. Tebal zona ini tergantung dari jenis tanah dan tanaman.
 
2.    Zona vadose sedang. Ketebalan zona ini berkisar antara 0 m s/d ratusan meter, tergantung dari muka air tanah setempat.
3.    Zona kapiler. Zona ini berkisar antara muka air tanah s/d kenaikan kapiler air didalam pori tanah.

·      Tipe – tipe Akuifer
1.      Unconfined aquifer adalah akifer yang tidak tertekan dimana lapisan permeable pada bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan impermeable atau kedap air. Tipe akifer ini sangat umum dijumpai sebagai lapisan air tanah dangkal (Shallow Groundwater).
2.      Confined Aquifer adalah akifer yang tertekan dimana lapisan yang permeable baik di atas dan dibawahnya dibatasi lapisan kedap air (impermeable) contoh : Air tanah dalam (Deep ground water). Apabila air tanah ini bocor atau muncul ke permukaan maka disebut air tanah artesis, mata air tersebut akan muncrat dan mencapai ketinggian tertentu (sejajar dengan potensial head).
3.      Leaky Aquifer adalah akifer semi confined dimana lapisan yang permeable di atas dan di bawahnya dibatasi oleh lapisan semi permeable.
4.      Idealized Aquifer adalah akifer yang diasumsikan homogeny dan isothropik,untuk memudahkan perhitungan matematik.




·      Mata air
1.      Mata air depresi terjadi karena muka tanah memotong muka air tanah.
2.      Mata air kontak terjadi karena formasi lolos air berada diatas formasi kedap air yang memotong muka tanah.
3.      Mata air artesis terjadi karena adanya tekanan dari akuifer tekan melalui ‘outcrop’ atau bukaan di muka tanah.
4.      Mata air retakan terjadi pada daerah yang banyak mengalami retakan.

Penasaran.....nih baca lanjutannya..

Daftar iklan