Tipe
Endapan Karbonat pada Laut Dangkal
Fasies
karbonat ramp merupakan suatu tubuh karbonat yang sangat besar yang dibangun
pada daerah yang positif hingga ke daerah paleoslope, mempunyai kemiringan yang
tidak signifikan, serta penyebaran yang luas dan sama. Pada fasies ini energi
transportasi yang besar dan dibatasi dengan pantai atau inter tidal
Sedangkan
Fasies karbonat platform merupakan suatu tubuh fasies karbonat yang sangat
besar dmana pada bagian atas lebih kurang horisontal dan berbatasan langsung
dengan shelf margin. Sedimen sedimen terbentuk dengan energi yang tinggi.
Fasies
fasies tersebut sangat dipengaruhi oleh mekanisme pengendapan antara lain;
1.
Progradasi pada Tidal Flat
2.
Progradasi pada tepi paparan
3.
Akresi vertikal pada endapan karbonat “sub tidal”
4.
Migrasi dari sand bodies karbonat
5.
proses pengendapan kembali
Fasies
shelf lokasi pengendapan karbonat relatif sempit *ratusan meter sampai beberapa
km saja). Endapan karbonat pada daerah ini dicirikan dengan adanya break slope
pada daerah tepi paparan, terdapatnya terumbu dan sand body karbonat. Kompleks
terumbu pada fasies ini terbagi menjadi : Fasies terumbu muka (FOre reef), inti
terumbu (reef core) dan terumbu belakang (back reef)
MODEL
TERUMBU KARBONAT
Model
Fasies terumbu, fasies ini dibagi menjadi ;
a.
Fasies Terumbu Belakang (back reef)
Fasies
ini terdiri dari perselingan antara batugamping dan dolomit, red beds, endapan
evaporit, pasir serpih dsb
b.
Fasies Terumbu inti (reff front)
Fasies
ini mempunyai terumbu yang masif dan berongga, dengan dolomit dan batugamping
yang lapuk berwarna merah kelabu sampai putih dan sering terdapat indikasi
adanya hidrokarbon.
c.
Fasies terumbu muka (fore reef)
Fasies
ini terdiri dari perselingan antara batugamping dan pasir, warna cokelat, mengandung
minyak bumi
d.
Fasies Cekungan
Fasies
cekungan dicirikan dengan endapan yang berbutir halus, tebal, berwarna hitam,
bituminaus, dengan batugamping dan serpih yang keras dan padat.
LINGKUNGAN
PENGENDAPAN TRANSISI
1. FASIES
DELTA
Delta
merupakan garis pantai yang menjorok ke laut, terbentuk oleh adanya sedimentasi
sungai yang memasuki laut, danau atau laguna dan pasokan sedimen lebih besar
daripada kemampuan pendistribusian kembali oleh proses yang ada pada cekungan
pengendapan (Elliot, 1986 dalam Allen, 1997).
Menurut
Boggs (1987), delta diartikan sebagai suatu endapan yang terbentuk oleh proses sedimentasi
fluvial yang memasuki tubuh air yang tenang. Dataran delta menunjukkan daerah di
belakang garis pantai dan dataran delta bagian atas didominasi oleh proses
sungai dan dapat dibedakan dengan dataran delta bagian bawah didominasi oleh
pengaruh laut, terutama penggenangan tidal. Delta terbentuk karena adanya
suplai material sedimentasi dari sistem fluvial.
Ketika
sungai-sungai pada sistem fluvial tersebut bertemu dengan laut, perubahan arah arus
yang menyebabkan penyebaran air sungai dan akumulasi pengendapan yang cepat terhadap
material sedimen dari sungai mengakibatkan terbentuknya delta. Bersamaan dengan
pembentukan delta tersebut, terbentuk pula morfologi delta yang khas dan dapat
dikenali pada setiap sistem yang ada. Morfologi delta secara umum terdiri dari
tiga, yaitu : delta plain, delta front dan prodelta.
1.1 Delta
Plain
Delta
plain merupakan bagian delta yang bersifat subaerial yang terdiri dari channel
yang sudah ditinggalkan. Delta plain merupakan baigan daratan dari delta dan
terdiri atas endapan sungai yang lebih dominan daripada endapan laut dan membentuk
suatu daratan rawa-rawa yang didominasi oleh material sedimen berbutir halus,
seperti serpih organik dan batubara.Pada kondisi iklim yang cenderung kering
(semi-arid),sedimen yang terbentuk didominasi oleh lempung dan evaporit.
Daratan delta plain tersebut digerus oleh channel pensuplai material sedimen
yang disebut fluvial distributaries dan membentuk suatu percabangan.
Gerusan-gerusan tersebut biasanya mencapai kedalaman 5-10 meter dan menggerus sampai
pada sedimen delta front. Sedimen pada channel tersebut disebut sandy channel
dan membentuk distributary channel yang dicirikan oleh batupasir lempungan. Sublingkungan
delta plain dibagi menjadi :
1.1.1
Upper Delta Plain
Pada
bagian ini terletak diatas area tidal atau laut dan endapannya secara umum
terdiri dari :
·
Endapan distributary channel
Endapan
distributary channel terdiri dari endapan braided dan meandering, levee dan
endapan point bar. Endapan distributary channel ditandai dengan adanya bidang
erosi pada bagian dasar urutan fasies dan menunjukkan kecenderungan menghalus
ke atas. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai adalah cross bedding, ripple
cross stratification, scour and fill dan lensa-lensa lempung. Endapan point bar
terbentuk apabila terputus dari channel-ya. Sedangkan levee alami berasosiasi
dengan distributary channel sebagai tanggul alam yang memisahkan dengan interdistributary
channel. Sedimen pada bagian ini berupa pasir
halus dan rombakan material organik serta lempung yang terbentuk sebagai hasil
luapan material selama terjadi banjir.
·
Lacustrine delta fill dan endapan interdistributary flood plain
Endapan
interdistributary channel merupakan endapan yang terdapat diantara distributary
channel. Lingkungan ini mempunyai kecepatan arus paling kecil, dangkal, tidak
berelief dan proses akumulasi sedimen lambat. Pada interdistributary channel
dan flood plain area terbentuk suatu endapan yang berukuran lanau sampai
lempung yang sangat dominan. Struktur sedimennya adalah laminasi yang sejajar
dan burrowing structure endapan pasir yang bersifat lokal, tipis dan kadang
hadir sebagai pengaruh gelombang .
1.1.2
Lower Delta Plain
Lower
delta plain terletak pada daerah dimana terjadi interaksi antara sungai dengan
laut, yaitu dari low tidemark sampai batas kehadiran yang dipengaruhi
pasang-surut. Pada lingkungan ini endapannya meliputi endapan pengisi teluk
(bay fill deposit) meliputi interdistributary bay, tanggul alam, rawa dan
crevasse slay, serta endapan pengisi distributary yang ditinggalkan.
1.2 Delta
Front
Delta
front merupakan sublingkungan dengan energi yang tinggi dan sedimen secara
tetap dipengaruhi oleh adanya proses pasang-surut, arus laut sepanjang pantai
dan aksi gelombang. Delta front terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan
akumulasi sedimennya berasal dari distributary channel. Batupasir yang
diendapkan dari distributary channel tersebut membentuk endapan bar yang
berdekatan dengan teluk atau mulut distributary channel tersebut. Pada
penampang stratigrafi, endapan bar tersebut memperlihatkan distribusi butiran mengkasar
ke atas dalam skala yang besar dan menunjukkan perubahan fasies secara vertikal
ke atas, mulai dari endapan lepas pantai atau prodelta yang berukuran butir
halus ke fasies garis pantai yang didominasi batupasir. Endapan tersebut dapat
menjadi reservoir hidrokarbon yang baik. Diantara bar pada mulut distributary
channel akan terakumulasi lempung lanauan atau lempung pasiran dan bergradasi
menjadi lempung ke arah laut.
1.3 Prodelta
Prodelta
merupakan sublingkungan transisi antara delta front dan endapan normal marine shelf
yang berada di luar delta front. Prodelta merupakan kelanjutan delta front ke
arah laut dengan perubahan litologi dari batupasir bar ke endapan batulempung
dan selalu ditandai oleh zona lempungan tanpa pasir. Daerah ini merupakan
bagian distal dari delta, dimana hanya terdiri dari akumulasi lanau dan lempung
dan biasanya sendiri serta fasies mengkasar ke atas memperlihatkan transisi
dari lempungan prodelta ke fasies yang lebih batupasir dari delta front.
Litologi
dari prodelta ini banyak ditemukan bioturbasi yang merupakan karakteristik
endapan laut. Struktur sedimen bioturbasi bermacam-macam sesuai dengan ukuran
sedimen dan kecepatan sedimennya. Struktur deformasi sedimen dapat dijumpai
pada lingkungan ini, sedangkan struktur sedimen akibat aktivitas gelombang
jarang dijumpai. Prodelta ini kadang-kadang sulit dibedakan dengan endapan paparan
(shelf), tetapi pada prodelta ini sedimennya lebih tipis dan memperlihatkan
pengaruh proses endapan laut yang tegas.
2. FASIES
TIDAL FLAT
Dataran
pasang surut (tidal flat) luasnya dapat mencapai beberapa kilometer dan terbentuk
disekitar laguna, belakang barrier, pada estuarin dan delta yang didominasi
oleh pasang surut (tidal). Ciri struktur sedimen dari pertengahan sampai bagian
atas tidal flat merupakan variasi jenis dari ripple lamination yang umumnya
memperlihatkan pola interferensi, yaitu kenaikan dari flaser, wavy dan
lenticular bedding. Meandering tidal creeks memotong tidal flat dan perpindahan
lateralnya menghasilkan set pada laminasi pasir dan struktur channel. Umumnya
terdapat burrow dan grazing trace fossil. Progradasi sedimen tidal flat biasanya
membentuk sikuen yang menghalus ke arah atas, ditutupi oleh tanah atau lapisan
evaporasi sabkha, dengan ketebalan ditunjukkan oleh jarak pasang surut purba
(paleotidal).
3. FASIES
ESTUARIN
Estuarin
menutupi lembah sungai (incised valley) hasil dari penarikan muka air laut yang
cepat pada kala Holosen. Tubuh pasir estuarin berlokasi dan berbatasan dengan
saluran utama (main channel) dan terdiri dari sedimen yang dibawa ke bawah oleh
sungai dan disuplai dari batas marine shelf, mud flat dan rawa yang juga
terbentuk pada estuarin. Tubuh batupasir marin pada estuarin didominasi oleh
gelombang yang juga merupakan gabungan yang terdiri dari beberapa fasies yang
berlainan. Pada fase tansgresif, beberapa atau semua kompleks bar tererosi di
sepanjang perulangan muka pantai (shoreface) dan ditutupi oleh permukaan
ravinement. Lingkungan pengendapan tersebut berhubungan sampai estuary mouth
dan central basin area. Tubuh pasir marin mungkin terlindungi lebih atau kurang
lengkap pada saat progradasi dengan sedimen muka pantai dan pantai melalui
endapan washover, flat tidal dan tidal inlet. Pada profil vertikal, secara
ideal endapan cekungan berbutir halus memperlihatkan butiran yang simetris.
Endapan yang halus terlihat pada tengah cekungan. Pada estuarin, proses yang
dominan adalah pasang-surut, tubuh pasir seperti erosional truncation atau
completely removed oleh migrasi headward dari saluran pasang-surut (tidal
channel) terpisah dari pasir bar (sand bar). Erosi oleh saluran sepanjang
transgresi juga menyebabkan silang siur atau laminasi sejajar dari sand bar.
Pola urutan pengendapan dari fasies sebagai hasil dari transgresi ini akan
menunjukkan kecenderungan menghalus ke atas.
4. FACIES
LAGOON
Lagoon
merupakan daerah dimana pada saat air pasang tergenang air laut dan pada saat
air surut ada air yang tetinggal di situ yang bisa bercampur dengan air
hujan/air sungai. Dengan demikian kadar garam lagoon adalah payau(branchish
lagoon). Biasanya pada air payau yang stagment(berhenti sirkulasi) adalah
anaerob (tanpa o2), akibat pada tempat ini terjadi pembusukan material
disebabkan oleh bakteri anaerob.
Ciri-ciri
lagoon adalah:
·
Struktur bioturbasi dan burrow dominan horizontal
·
Batuan dengan ukuran butir lanau sampai lempung atau batupasir halus.
·
Adanya endapan batubara
·
Kaya akan sisa-sisa tumbuhan
·
Shale atau lanau memperlihatkan struktur placer
·
Batulempung atau lanau berwarna gelap kemungkina mengandung material organic.
5. FACIES
BARRIER
Barrier
merupakan penghalang yang letaknya didepan pantai dan berhubungan langsung
dengan air laut. Ciri-ciri adlah sebagai berikut:
·
Batu pasir ukuran butir halus sampai sangat halus
·
Struktur parallel laminasi
·
Sering dijumpai cross bedding
·
Bioturbasi dominan vertical
No comments:
Post a Comment