1. Alat
Gravity yang biasa digunakan di darat dan di laut
a. gravimeter
sebuah cara mendapatkan posisi dan
sarana yang sangat akurat menentukan perubahan relatif dalam ketinggian.
Gravimeters dirancang untuk mengukur perbedaan yang sangat kecil di medan
gravitasi dan sebagai hasilnya merupakan instrumen yang sangat halus. Gravimeter ini rentan terhadap shock mekanis selama
transportasi dan penanganan.
b. Gravitymeter LaCoste & Romberg Tipe
G
Metode ini umumnya digunakan dalam
eksplorasi minyak untuk menemukan struktur yang merupakan jebakan minyak (oil
trap), dan dikenal sebagai metode awal saat akan melakukan eksplorasi daerah
yang berpotensi hidrokarbon.
Disamping itu metode ini juga banyak dipakai dalam
eksplorasi mineral dan lain-lain. Meskipun dapat dioperasikan dalam berbagai
macam hal tetapi pada prinsipnya metode ini dipilih karena kemampuannya dalam
membedakan rapat massa suatu material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan
demikian struktur bawah permukaan dapat diketahui. Pengetahuan tentang struktur
bawah permukaan ini penting untuk perencanaan langkah-langkah eksplorasi baik
itu minyak maupun mineral lainnya. Eksplorasi
metode ini dilakukan dalam bentuk kisi atau lintasan penampang.
2. Prosedur
pengambilan data gravity di darat dan laut.
Prosedur Lapangan
Targetan observasi harus
mempunyai kontras densiti yang jelas (significant) agar dapat dideteksi oleh
gravimetri. Grid (lintasan) yang umum digunakan cukup lebar yaitu antara 200 m
s/d 1 km (500 ft s/d 1 mil). Setiap titik pengamatan diusahakan bebas dari
angin, pohon-pohon, pengaruh (getaran) tanah, dll. Elevasi setiap titik
observasi harus diketahui dengan akurat karena akan diperhitungkan dalam
pengkoreksian hasil pembacaan alat. Begitu juga dengan waktu setiap pengukuran.
Series dari hasil perhitungan
akan diplot pada kertas grafik terhadap waktu (Gambar 1).
Gambar 1. Contoh pemplotan
hasil pengukuran (0,01 mgal = 0,1 g.u).
(Parasnis, 1973, p 239)
Pengukuran
metode gayaberat dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: penentuan titik ikat dan
pengukuran titik-titik gayaberat. Sebelum survei dilakukan perlu menentukan
terlebih dahulu base station, biasanya dipilih pada lokasi yang cukup stabil,
mudah dikenal dan dijangkau. Base station jumlahnya bisa lebih dari satu
tergantung dari keadaan lapangan. Masing-masing base station sebaiknya
dijelaskan secara cermat dan terperinci meliputi posisi dan nama tempat. Base
ini dipergunakan sebagai titik tutupan harian dan juga sebagai nilai acuan bagi
stasiun gaya berat lainnya.
Pengukuran
data lapangan meliputi pembacaan gravimeter juga penentuan posisi, waktu, dan
pembacaan altimeter serta suhu. Pengukuran gayaberat pada penelitian ini
menggunakan alat Gravimeter LaCoste & Romberg Model G-804, yang memiliki
kemampuan pembacaan 0 sampai 7000 mGal, dengan tingkat ketelitian 0,01 mgal dan
kesalahan apungan (drift) 1 mgal per bulan atau 0,03 mgal per hari. Penentuan
posisi dan waktu menggunakan Global Positioning System (GPS) Garmin, sedangkan
pengukuran ketinggian menggunakan altimeter, termometer, dan microbarograph.
Dari pengukuran tersebut dihasilkan 94 titik pengukuran pada sepanjang lintasan
Pangalengan - Garut dengan interval tiap titik sekitar 500 meter.
Pengambilan
data pada titik-titik survei dilakukan dengan sistem Loop, yaitu sistem
pengukuran yang dimulai dan diakhiri pada titik gayaberat yang sudah diketahui
nilainya. Sistem Loop diharapkan dapat menghilangkan kesalahan yang disebabkan
oleh pergeseran pembacaan gravimeter. Metode ini muncul dikarenakan alat yang
digunakan selama melakukan pengukuran akan mengalami guncang n, sehingga
menyebabkan bergesernya pembacaan titik nol pada alat tersebut.
Data-data
yang diambil pada saat pengukuran adalah:
1. Tanggal
dan hari pembacaan Data ini berguna untuk koreksi pasang surut
2. Waktu
pembacaan Data ini berguna untuk koreksi apungan dan penentuan pasang surut.
3. Pembacaan
alat
4. Koordinat
stasiun pengukuran dengan menggunakan GPS
5. Data
inner zone untuk koreksi Terrain
6. Ketinggian
titik pengukuran
Pada
penelitian ini penulis mengolah dari konversi harga bacaan ke miliGal dari tiap
stasiun untuk mendapatkan nilai anomali Bouguer hingga dilakukan pemodelan 2D
yang kemudian dianalisa untuk menentukan keadaan geologi daerah penelitian.
Analisis
Densitas Batuan Rata-rata
Hasil
densitas yang digunakan dalam perhitungan ini adalah harga densitas rata-rata.
Untuk menetukan harga densitas rata-rata dapat digunakan cara metode Parasnis.
Pada
metode ini, densitas batuan dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menetukan
profil topografi yang konsisten naik.
2. Menghitung
selisih antara medan gayaberat observasi dengan gayaberat normal lalu
dijumlahkan dengan KUB untuk y-nya.
3. Menghitung
selisih antara KB sebelum dikalikan densitas dengan koreksi terrain sebelum
dikalikan densitas untuk x-nya.
4. Rapat
massa batuan diperoleh dari kemiringan garis lurus regresinya.
Berdasarkan
persamaan garis lurus regresi, diperoleh densitas rata-rata batuan untuk daerah
sepanjang lintasan Pangalengan - Garut, Jawa Barat adalah sebesar 2,607 g/cm3.
3. Prosedur
pengolahan data gravity darat dan laut.
Pengolahan
data gayaberat yang sering disebut juga dengan reduksi data gayaberat, secara
umum dapat dipisahkan menjadi dua macam, yaitu: proses dasar dan proses
lanjutan. Proses dasar mencakup seluruh proses berawal dari nilai pembacaan
alat di lapangan sampai diperoleh nilai anomali Bouguer di setiap titik amat.
Proses tersebut meliputi tahap-tahap sebagai berikut: konversi pembacaan
gravimeter ke nilai milligal, koreksi apungan (drift correction), koreksi
pasang surut (tidal correction), koreksi lintang (latitude correction), koreksi
udara bebas(free-air correction), koreksi Bouguer, dan koreksi medan (terrain
correction).Prosedur pengolahan data yang dilakukan penulis adalah mengolah
dari konversi bacaan hingga menjadi model penampang 2-D. Pada pelaksanaanya,
pengolahan data tersebut dibantu oleh perhitungan komputer dengan menggunakan
software MS. Excel. Proses lanjutan merupakan proses untuk mempertajam
kenampakan/gejala geologi pada daerah penyelidikan yaitu pemodelan dengan
menggunakan software Surfer 8 dan GMSys 2-D. Beberapa koreksi dan konversi yang
dilakukan dalam pemrosesan data metoda gayaberat, dapat dinyatakan sebagai
berikut :
1.
Konversi Harga Bacaan Gravimeter
Pemrosesan
data gayaberat dilakukan terhadap nilai pembacaan gravimeter untuk mendapatkan
nilai anomali Bouguer. Untuk memperoleh nilai anomali Bouguer dari setiap titik
amat, maka dilakukan konversi pembacaan gravimeter menjadi nilai gayaberat
dalam satuan milligal. Untuk melakukan konversi memerlukan tabel konversi dari
gravimeter tersebut. Setiap gravimeter dilengkapi dengan tabel konversi.
1. Posisi
dan Ketinggian
Penentuan posisi menggunakan GPS,
sedangkan pengukuran ketinggian menggunakan altimeter, microbarograph, dan
termometer. Pengukuran ketinggian dilakukan secara diferensial yaitu dengan
menggunakan microbarograph, altimeter dan termometer. Pengukuran tersebut
dilakukan dengan menempatkan microbarograph di base station sedangkan altimeter
dan termometer dibawa untuk melakukan pengukuran pada setiap titik amat. Adapun
pemrosesan data posisi dan ketinggian sebagai berikut.
1.1 Pemrosesan
Data GPS
Setiap
kali pembacaan posisi titik amat langsung dapat diketahui dari bacaan tersebut,
yaitu berupa bujur (longitude) dan lintang (latitude). Posisi yang ditunjukan
GPS dalam satuan derajat, menit, dan detik. Maka perlu melakukan konversi
posisi dari satuan waktu ke dalam satuan derajat. Posisi ini selanjutnya
digunakan untuk menghitung koreksi lintang.
2.2
Pemrosesan Data Microbarograph
Microbarograph
merupakan alat ukur tekanan udara yang secara tidak langsung digunakan untuk
mengukur beda tinggi suatu tempat di permukaan bumi. Prinsip pengukuran
ketinggian dengan microbarograph didasarkan pada suatu hubungan antara tekanan
udara di suatu tempat dengan ketinggian tempat lainnya. Ketelitiaan pengukuran
tinggi mikrobarograph sangat tergantung pada kondisi cuaca, sebab keadaan
tersebut akan mempengaruhi tekanan udara di suatu tempat. Perbedaan temperatur
udara dan kecepatan angin di suatu tempat akan menyebabkan tekanan udaranaik
turun (berfluktuasi), sehingga akan menimbulkan kesalahan dalam beda tinggi
antara dua tempat yang berbeda. Menurut Subagio (Putra, 2008), perlu dilakukan
pengukuran temperatur udara untuk menentukan koreksi temperatur yang harus
diperhitungkan dalam penentuan beda tinggi, sehingga akan memperkecil kesalahan
3. Menghitung nilai gobs
3.1
Koreksi Pasang Surut (Tide Correction)
Pada
proses akuisisi data, tidak dilakukan pengukuran terhadap variasi harian akibat
pasang surut di base, sehingga untuk menghitung besarnya pasang surut dilakukan
menggunakan software Tide. Dalam software tersebut data yang dimasukkan secara
berurutan berupa data bujur, lintang, tinggi (h), jam, menit, tanggal, bulan,
dan tahun. Hasil dari input tersebut berupa data pasang surut. Tahap
selanjutnya lalu dilakukan pembacaan percepatan gravitasi dalam miligal terkoreksi pasut dengan rumus :
GST
= konversi + Tide
3.2
Koreksi Apungan (Drift Correction)
Pada
akuisisi pengukuran dimulai di base dan diakhiri di base, sehingga besarnya
koreksi apungan dapat dihitung dengan asumsi bahwa besarnya penyimpangan
berbanding lurus terhadap waktu
3.3
Medan Gayaberat Terkoreksi
Medan
gayaberat terkoreksi yaitu nilai gayaberat hasil pengukuran di lapangan setelah
melalui konversi ke miligal dan telah terkoreksi dari pengaruh pasang surut dan
apungan. Persamaan yang digunakan adalah: g terkoreksi (GSTD) = GST – drift
3.4
Different in Reading (gdiff)
Different
in Reading yaitu menghitung perbedaan harga gayaberat di setiap stasiun
pengamatan dengan harga gayaberat di base station.
gdiff
= GSTD – GSTD BS
3.5
Medan Gayaberat Observasi
Pengukuran
gayaberat menggunakan gravimeter adalah relatif terhadap BS, sehingga dalam
pengukuran diperoleh beda nilai antara stasiun pengamatan dengan BS.
Koreksi Hasil Observasi
harga pengukuran gaya berat di permukaan bumi dipengaruhi
oleh 5 faktor yaitu lintang,
ketinggian, topografi, pasang surut, variasi densitas bawah permukaan. Sedangkan dalam melakukan survei
gayaberat diharapkan satu faktor saja yaitu variasi densitas bawah permukaan,
sehingga pengaruh 4 faktor lainnya (lintang, ketinggian, topografi, pasang
surut) harus direduksi atau dihilangkan dari harga pembacaan alat.
a. Koreksi lintang (latitude)
Koreksi
terhadap titik pengukuran terhadap kutub bumi.
dimana F1 dan F0
adalah koordinat titik pengukuran dan titik base.
b. Koreksi elevasi (Free-Air Correction)
Koreksi ini
merupakan koreksi terhadap pengaruh ketinggian pengukuran terhadap medan
gravitasi bumi. FAC = 3,086
h gu, dimana h adalah elevasi titik pengukuran.
c. Koreksi Bouguer (Bougeur correction)
Koreksi massa
lapisan yang diasumsikan berada diantara titik amat dengan bidang referensi
(lihat Gambar 2).
BC = 3,086 h gu, dimana h
adalah elevasi titik pengukuran.
d. Koreksi topografi (Terrain correction)
Koreksi
topografi, Tc, adalah koreksi pengaruh topografi terhadap gayaberat pada titik
amat, akibat perbedaan ketinggian antara titik observasi dengan base. Dapat dihitung dengan menggunakan Hammer Chart (lihat gambar 3).
Gambar 3. Model yang digunakan
untuk koreksi topografi dan diagram perhitungan (Parasnis, 1973, p 245 dan 246).
3 Anomali Bouguer
Merupakan
anomali yang dicari dengan cara mereduksi hasil pengukuran lapangan dengan
koreksi-koreksi seperti yang telah diuraikan di atas.
Dg = {Dgobs ± DgF
+ (3,086 – 0,4191r) h + Tr} gu
Contoh penentuan anomali dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Contoh penentuan
Anomali Bougeour
1 comment:
kunjungi kami di seisxploresurvey.blogspot.com
Post a Comment